Mengapa Jet Tempur China dan Kapal Perang Kanada Mendekati RI?

by -120 Views

Hubungan antara China dan Kanada memanas setelah China menuduh Kanada melakukan tindakan “jahat dan provokatif” di Laut China Selatan. Komentar ini muncul setelah Angkatan Laut Kanada melaporkan bahwa jet tempur China membahayakan sebuah helikopter dalam dua pencegatan jarak dekat di wilayah perairan internasional tersebut. Insiden ini terjadi di dekat Indonesia, termasuk Natuna Utara.

Menteri Pertahanan Kanada, Bill Blair, mengatakan insiden ini terjadi pada Jumat malam dan tindakan dari jet China dianggap sangat tidak aman dan mengancam keselamatan personel yang terlibat. China mengakui insiden ini, namun menuduh Kanada melanggar hukum China dan internasional, serta membahayakan kedaulatan dan keamanan China.

China menuduh kapal perang Kanada, HMCS Ottawa, menerbangkan dua serangan helikopter dengan niat yang tidak diketahui menuju wilayah udara China di sekitar Kepulauan Xisha yang merupakan kepulauan yang disengketakan oleh China, Vietnam, dan Taiwan. China juga mengklaim bahwa helikopter Kanada tidak merespons peringatan yang diberikan dan melakukan tindakan provokatif seperti terbang dengan ketinggian sangat rendah.

Sebelumnya, pesawat perang China telah menembakkan suar di depan sebuah helikopter militer Kanada pada tanggal 29 Oktober. Para perwira militer Kanada menyebut operasi ini sebagai tindakan yang ceroboh dan dapat mengakibatkan jatuhnya pesawat.

Dalam pertemuan yang tidak aman tersebut, helikopter Kanada dan pesawat tempur J-11 Angkatan Laut China berada dalam jarak 100 kaki (30 meter). Helikopter tersebut akhirnya harus turun hingga ketinggian 200 kaki (61 meter) untuk mengakhiri pertemuan dengan pesawat China. Pesawat tempur China terbang berputar-putar begitu dekat sehingga menyebabkan turbulensi yang berbahaya bagi helikopter.

China memiliki klaim territorial sepihak atas hampir seluruh wilayah Laut China Selatan yang mencakup 90% luasannya sekitar 1,3 juta mil persegi, dengan konsep sembilan garis putus-putus yang kemudian berubah menjadi 10 garis putus-putus. Klaim ini melibatkan sebagian besar pulau di wilayah tersebut. Klaim ini bertentangan dengan klaim beberapa negara ASEAN dan Taiwan.

Laut China Selatan merupakan jalur pelayaran penting dan kaya akan ladang gas dan tempat penangkapan ikan. Wilayah ini juga berbatasan dengan Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. China telah mendirikan pos-pos militer di pulau-pulau buatan yang dibangunnya di wilayah ini.