Gerakan Lawan Mafia Tanah (Gerlamata) melakukan unjuk rasa pada awal masa kampanye untuk pasangan calon presiden dan wakil presiden Pemilu 2024, yang dijadwalkan pada tanggal 28 November 2023. Mereka melakukan unjuk rasa dengan metode menjahit mulut sebagai bentuk protes terhadap konflik agraria dan fenomena mafia tanah di lahan seluas 2.500 hektar di Kota Garo, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Ketua Umum Gerlamata, Muhamad Ridwan, menyatakan bahwa mereka telah menyiapkan 500 relawan yang siap untuk melakukan aksi menjahit mulut. Mereka juga berencana untuk menambah 50 relawan setiap hari hingga mendapat tanggapan dari Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo. Jika tidak ada tanggapan dalam 3 hari, Gerlamata juga akan memobilisasi 200 orang untuk menuju Jakarta dan mendatangi Kantor Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia.
Aksi menjahit mulut ini dilakukan untuk mendesak Presiden Joko Widodo agar segera turun tangan menyelesaikan konflik agraria yang dihadapi oleh masyarakat suku asli Suku Sakai Rantau Bertuah dan Masyarakat Desa Kota Garo. Gerlamata menunggu kebijakan dari Presiden agar dapat memanggil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN untuk mengambil sikap yang tegas dalam membela hak-hak masyarakat yang menjadi korban mafia tanah.
Tujuan aksi Gerlamata antara lain adalah menagih janji Presiden Joko Widodo, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN untuk menyelesaikan konflik pertanahan dan kehutanan, menangkap dan mengadili para mafia tanah, mengembalikan lahan kepada Suku Sakai Desa Kota Garo, serta meminta pertemuan dengan perwakilan Gerlamata untuk membahas persoalan konflik pertanahan dengan mengedepankan kepentingan rakyat.