Indonesia Menolak Resolusi Gencatan Senjata PBB dan Memberikan Tanggapan Keras

by -236 Views

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi, angkat bicara mengenai rancangan Resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB tentang gencatan senjata kemanusiaan di Gaza pada 8 Desember lalu. Dia mengatakan bahwa Indonesia adalah salah satu dari 102 negara yang menjadi co-sponsor dari rancangan tersebut.

“Indonesia, bersama negara-negara OKI (Organisasi Kerjasama Islam) lainnya, terus berupaya agar DK PBB dapat mengeluarkan resolusi tentang diberlakukannya gencatan senjata karena itu akan sangat membantu kondisi kemanusiaan di Gaza,” kata Retno dalam keterangannya pada Minggu (10/12/2023).

Retno menyesalkan rancangan resolusi yang diajukan ke DK PBB pada 8 Desember tersebut di-veto oleh salah satu negara anggota tetap DK PBB, Amerika Serikat, sehingga tidak dapat disahkan.

“Saya sangat menyesalkan kegagalan Dewan Keamanan dalam mengadopsi gencatan senjata kemanusiaan di Gaza meskipun lebih dari 102 negara, termasuk Indonesia, ikut mensponsori resolusi tersebut,” katanya.

Menurutnya, komunitas global tidak bisa terus bergantung pada beberapa negara, dan harus menghentikan kekejaman dan pembunuhan terhadap perempuan dan anak-anak di Jalur Gaza.

“Kita tidak akan menyerah. Kita akan terus mencoba mencari jalan agar kekejaman di Gaza segera berakhir. Never give up!” pungkasnya.

Resolusi DK PBB sendiri menyoroti perlunya kelancaran pengiriman bantuan kemanusiaan, termasuk akses terhadap personel medis, peralatan, dan persediaan kemanusiaan. Resolusi ini juga menuntut semua pihak untuk sepenuhnya mematuhi kewajiban mereka berdasarkan Konvensi Jenewa 1949.

Selain itu, Resolusi DK PBB juga meminta komunitas internasional untuk mendapatkan pendanaan yang sesuai untuk mendukung program kesehatan WHO di Palestina.

Sementara itu, hak veto dilakukan oleh Amerika Serikat dalam voting resolusi terbaru DK PBB yang menyerukan gencatan senjata segera antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. AS menilai resolusi tersebut diajukan terburu-buru, tidak seimbang, dan tidak akan memberikan perubahan besar di medan pertempuran karena hanya menyerukan gencatan senjata yang tidak berkelanjutan.