Ini Sumber Kekayaan Keluarga Jokowi yang Tidak Diketahui Banyak Orang

by -217 Views

Joko Widodo (Jokowi) akan mengakhiri jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia pada 20 Oktober 2024 mendatang. Menjelang berakhirnya masa jabatan tersebut, tidak sedikit masyarakat yang ingin kembali mengetahui perjalanan Jokowi sebelum menjadi Kepala Negara.

Awal karier Jokowi berawal di perusahaan kertas PT Kraft Aceh setelah menamatkan kuliahnya pada 1985. Jokowi mengaku kariernya di sana tak berjalan mulus dan hanya bertahan selama dua tahun karena tidak tahan dengan budaya kerja yang terkesan otoriter.

“Suruh menyuruh berlangsung sangat otoriter, padahal kinerja telah berjalan cukup baik. Itu membuat saya kerasan,” tutur Jokowi, sebagaimana dipaparkan Alberthiene Endah dalam Jokowi: Memimpin Kota, Menyentuh Jakarta (2012), dikutip Sabtu (23/12/2023).

Akhirnya, Jokowi pun pulang ke Solo pada 1987 dan mencoba berbisnis di sektor kayu atau mebel dengan modal tabungan yang terkumpul dari gaji.

Namun, Jokowi kembali menjadi karyawan karena perlu modal besar untuk membuka bisnis. Akhirnya, ia bekerja dengan saudaranya yang merupakan pemilik perusahaan kayu, Miyono. Bisnis Miyono mulai dari mebel, lantai kayu, dan berbagai kebutuhan rumah tangga.

Meskipun bekerja dengan saudara, Jokowi tidak mendapat keistimewaan. Ia tetap menggergaji, menyerut kayu, mengecat, termasuk mengangkut barang ke kontainer.

Setelah setahun, Jokowi bekerja kantoran. Di kantor, Jokowi menjalankan tugas desain, pemasaran, hingga pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM).

“Semua dinikmati. Saya belajar banyak,” kata Jokowi.

Setelah mempelajari banyak hal, keberanian Jokowi untuk memulai usaha pun akhirnya muncul.

Bermodal pengalaman dan pinjaman bank sebesar Rp30 juta, sosok kelahiran 21 Juni 1961 itu akhirnya mendirikan perusahaan pada 21 Februari 1988 dengan nama CV Rakabu yang berdiri di kios kecil di kawasan Kadipiro, Solo, Jawa Tengah.

Pada tahun itu, Indonesia masih dianggap Macan Asia dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Gambaran inilah yang membuat Jokowi percaya langkahnya untuk berwirausaha tidak salah.

Pada tahun-tahun pertama, karyawan Jokowi hanya tiga orang. Bersama Jokowi, seluruh karyawan tersebut bertugas di sektor produksi. Tak jarang, Jokowi membawa pulang pekerjaannya ke rumah hingga serbuk gergaji kayu mengudara ke seisi rumah.

Prosesnya tak mudah, begitu juga saat memasarkan barang. Kala itu, Rakabu adalah pemain kecil dan tidak ada yang mengenalnya. Terpaksa, Jokowi harus “jemput bola”.

Dalam upayanya, Jokowi mendatangi setiap rumah yang sedang dibangun untuk menawarkan furniture. Ada yang berhasil, tetapi banyak pula gagalnya. Namun, upayanya perlahan membuahkan hasil.

Keberhasilan inilah yang membuat bengkelnya tak pernah sepi dari suara bising gergaji. Setelah memiliki modal yang cukup banyak, Jokowi memberanikan diri ekspansi ke Jakarta pada 1990. Di ibu kota, Jokowi mendapat pesanan terbesar sejak awal Rakabu berdiri, yakni mencapai Rp60 juta.

Jokowi pun bergegas kembali ke Solo untuk mengerjakan seluruh pesanan tersebut. Namun, ia tertipu dan kehilangan Rp60 juta. Pemesan malah kabur ketika barang telah jadi dan dikirim.

Seingat ibunya, Sudjiatmi, kasus penipuan ini membuat Jokowi sangat terpuruk. Sebab, bisnis yang dirintis dari nol terpaksa bangkrut akibat kelalaiannya. Bahkan, Jokowi harus menganggur dan bekerja serabutan selama berbulan-bulan.

“Jokowi kerap datang ke rumah dengan wajah murung. Selalu klemprak-klemprak (tidak bersemangat),” kata Sudjiatmi dalam Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi (2014) karya Fransisca Ria Susanti & Kristin.

Agar Jokowi tidak terpuruk, Sudjiatmi pun mengeluarkan semua tabungan dan meminjam modal usaha ke bank senilai Rp30 juta. Dari sini, usaha Rakabu pun kembali bangkit.

Permintaan furniture mulai banyak. Namun, kali ini Jokowi tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Sebelum memulai produksi, ia dengan tegas menagih uang muka terlebih dahulu.

Di waktu bersamaan, Jokowi pun mendapat modal dari Perusahaan Gas Negara (PGN) sebesar Rp500 juta. Modal inilah yang membuat Jokowi giat berekspansi dan berani melakukan ekspor. Seiring berjalannya waktu, pabrik dan karyawan Jokowi semakin banyak.

Sejak 1991, Jokowi kerap bolak-balik Solo-Jakarta-Singapura untuk menjajakan furniture Rakabu. Dari Singapura, Jokowi kerap mendapat pesanan belasan kontainer yang berisi barang-barang kayu. Inilah yang menjadi awal mula kesuksesan Jokowi.

Dalam kurun 1994-1996, produksi mebel Jokowi melesat. Total, dia punya delapan pabrik dengan ratusan karyawan. Berkat hal tersebut, kekayaan Jokowi pun meningkat. Bahkan, ia sudah mampu membeli rumah sendiri di Solo setelah bertahun-tahun ngontrak.

Saat periode krisis 1997-1998 dan bisnis orang hancur, Rakabu justru makin “gacor”. Diketahui, saat itu Rakabu mulai merambah pasar Australia, Amerika, Timur Tengah, dan Asia. Sejak inilah, Jokowi mulai merasakan manisnya perjuangan berwirausaha.

Maka dari itu, tak heran jika Jokowi, pengusaha yang kini menjabat sebagai presiden, memiliki banyak harta. Dia tercatat memiliki banyak tanah, kendaraan, dan aset lain. Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) 2023, total kekayaann Jokowi senilai Rp82 miliar.