Apakah Pemerintah RI Sudah Siap Menghadapi Fenomena La Nina Setelah Berakhirnya El Nino?

by -137 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Fenomena cuaca La Nina diprediksi akan terjadi di Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan gagal panen dan kenaikan harga beras. Namun, Badan Pangan Nasional (Bapanas) sudah menyiapkan langkah antisipasi untuk menghadapi fenomena cuaca ini.

Dikutip dari BMKG, El Nino adalah anomali suhu permukaan laut di wilayah Pasifik Tengah Ekuator yang positif atau lebih hangat dari rata-ratanya. Sementara La Nina adalah kebalikan dari El Nino. Pengaruh El Nino terhadap curah hujan di Indonesia tergantung pada beberapa faktor, termasuk suhu perairan di wilayah Indonesia.

El Nino akan signifikan mengurangi curah hujan jika disertai dengan kondisi suhu perairan Indonesia yang cukup dingin (anomali negatif). Namun, jika suhu perairan lebih hangat (anomali positif), El Nino tidak akan berpengaruh signifikan terhadap curah hujan di Indonesia.

Sementara La Nina cenderung meningkatkan curah hujan di Indonesia jika disertai dengan suhu permukaan laut yang hangat di perairan Indonesia. Pengaruh El Nino dan La Nina juga tergantung pada musim. Karena wilayah Indonesia yang luas, dampak El Nino/La Nina tidak merata di seluruh wilayah.

Untuk menghadapi anomali cuaca La Nina atau hujan ekstrem, Bapanas telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi. Salah satunya adalah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk melakukan manajemen tanam yang disesuaikan dengan prediksi BMKG.

Kepala Biro Perencanaan, Kerjasama, dan Humas Bapanas, Budi Waryanto mengatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementan. Mereka merencanakan jadwal tanam dan panen berdasarkan prediksi BMKG. Pemerintah juga akan memantau daerah sentra hortikultura seperti sentra cabai dan sentra bawang merah di Brebes, Solo, dan daerah lainnya.

Bapanas juga akan menyediakan bantuan cool storage atau mesin pendingin di daerah sentra produksi agar produk hortikultura yang panen bisa disimpan dengan baik. Manajemen tanam yang baik dan pemanfaatan teknologi diharapkan dapat mengatasi dampak La Nina terhadap beberapa komoditas pangan. Masyarakat diharapkan tetap dapat memperoleh stok pangan yang cukup dan harga yang terjangkau.

BMKG telah mengungkapkan bahwa El Nino akan segera berubah menjadi netral dan digantikan oleh La Nina. La Nina diperkirakan akan muncul mulai Juli 2024 dan melemah pada triwulan ketiga, yaitu Juli hingga September.

Sejumlah prediksi lain juga mengharapkan hal yang sama, seperti yang diungkapkan oleh Institute for Climate and Society (IRI). Mereka memperkirakan bahwa La Nina akan menjadi kategori paling mungkin terjadi pada Juli-September 2024 dan seterusnya.