Nusaperdana.com, Indragiri Hilir – Melihat potensi dan antusias yang sangat luar biasa, Ketua DPRD Kabupaten Indragiri Hilir berencana mengundang Menteri Pariwisata Sandiaga Uno di Festival Kebudayaan Pengantin Sahur tahun berikutnya.
Celetukan tersebut disampaikan Ketua DPRD Kabupaten Indragiri Hilir saat menyampaikan sambutannya di hadapan ribuan masyarakat yang hadir untuk menyaksikan Festival Budaya Bagarakan Pengantin Sahur di Desa Pulau Palas, Minggu 31 Maret 2024 dini hari.
“Kalau perlu tahun depan kita undang Menteri Pariwisata, Pak Sandiaga Uno. Tentu anggarannya tidak mungkin sebesar 50 juta, kalau perlu kita anggarkan 200 juta, agar kegiatan ini lebih meriah, lebih ramai, dan dapat menjadi ikon wisata yang hanya dimiliki Pulau Palas dan Sungai Luar,” ujar Ketua DPRD Inhil, H. Ferryandi.
Sementara itu, Ketua Panitia Festival Budaya Bagarakan Pengantin Sahur Desa Pulau Palas, Tengku Said Basirun menjelaskan bahwa pergelaran pengantin sahur sudah berlangsung sejak tahun 1960-an.
“Pengantin sahur ini sudah berjalan sangat lama, sejak sekitar tahun 1960-an sudah terlaksana, tetapi pada waktu itu masih tradisional dengan berjalan kaki dan membawa lampu obor saja. Tidak seperti sekarang, perkembangan semakin maju sehingga pengantin sahur tersebut diarak-arak dengan menggunakan sound system besar,” jelas Tengku.
Namun, panitia tetap memperlombakan dua versi, modern dan tradisional dengan juri yang kompeten dan independen.
“Kini kami memiliki dua versi pertandingan, lama dan baru. Peserta tahun ini sangat luar biasa dengan diikuti oleh 5 Dusun dan total 15 pasang pengantin sahur,” ujarnya.
Di tempat lain, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Dr. Raja Yoserizal Zen, dalam sambutannya di Festival Pengantin Sahur di Desa Sungai Luar mengatakan pihaknya hadir guna mengkaji Festival Budaya Bagarakan Pengantin Sahur dalam upaya pengajuan Tradisi Pengantin Sahur menjadi Warisan Budaya Tak Benda ke UNESCO sebagai warisan dunia dari Indonesia.
Namun, perlu dilakukan berbagai kajian dan penelitian terkait festival budaya tahunan tersebut yang dinilai memiliki kesamaan dengan tradisi di Kalimantan Selatan.
“Kami datang ke sini untuk mencari perbedaan antara pengantin sahur yang ada di Kalimantan Selatan. Sumber daya manusia di Kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari tiga suku besar, yaitu Banjar, Bugis, dan suku Melayu, ketiga suku tersebut saling bersinergi dan bersatu untuk mempertahankan ekosistem kebudayaan di Kabupaten Indragiri Hilir, namun perlu dilakukan kajian lebih lanjut,” jelas Raja Yoserizal.
Menurut Kadis Provinsi Riau, syarat untuk menjadi warisan budaya tak benda minimal usianya sudah 50 tahun dan menonjolkan kearifan lokal seperti penggunaan alat musik. Alat musik yang digunakan biasanya tradisional atau alat kebutuhan sehari-hari dan pertanian.
(Artikel ini merupakan Advertorial)