Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan industri hulu atau produsen gas nasional kemungkinan akan sulit memenuhi kebutuhan gas bumi domestik dalam waktu dua tahun ke depan.
Hal tersebut dipicu karena semakin menurunnya pasokan gas di dalam negeri, sementara kebutuhan diperkirakan semakin meningkat. Di sisi lain, sejumlah proyek baru di hulu migas RI diperkirakan baru bisa beroperasi setelah 2027.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menjelaskan, pihaknya selalu berupaya melakukan kegiatan eksplorasi untuk penemuan cadangan gas baru. Terbukti dari kegiatan tersebut, terdapat beberapa temuan sumber gas baru dengan cadangan signifikan.
Beberapa di antaranya seperti Wilayah Kerja North Ganal sumur Geng North-1, Kalimantan Timur dan sumur eksplorasi Layaran-1 yang berada di Blok South Andaman. Selain itu, Indonesia juga masih mempunyai sumber gas bumi yang berasal dari Lapangan Abadi Blok Masela yang dijadwalkan beroperasi pada 2030.
“Kita betul banyak sekali sumber daya gas, namun perlu kita sadari sampai 2 tahun ke depan 2025-2026 itu kita masih tidak mudah, masih sulit bernapas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, walaupun pas, walaupun bisa tapi just right pas tepat kebutuhannya, tidak longgar, setelah 2026 saya kira akan longgar kebutuhan pasokan itu,” tutur Tutuka dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR, Rabu (03/04/2024).
Menurut Tutuka, dengan kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang diberikan kepada sebanyak 265 perusahaan, setidaknya memerlukan kurang lebih 41% dari seluruh produksi gas nasional.
“Dengan HGBT itu yang dapat HGBT itu 41% dari produksi nasional untuk dalam negeri dari total produksi gas 68% sudah masuk ke dalam negeri, DMO kita sudah 68% untuk dalam negeri, untuk ke depan jadi basis itu,” ucapnya.
Sebelumnya, Kementerian ESDM menyampaikan produksi gas bumi RI diproyeksikan akan mengalami penurunan dalam beberapa tahun mendatang. Hal tersebut seiring dengan lapangan-lapangan gas yang ada telah berusia uzur.
Koordinator Penyiapan Program Migas Ditjen Migas Kementerian ESDM, Rizal Fajar Muttaqien mengatakan saat ini pemerintah tengah gencar untuk menggenjot pencarian cadangan gas baru. Sehingga bisa menjaga level produksi.
“Berdasarkan data-data produksi, bahwa untuk ke depan produksi gas bumi Indonesia diperkirakan akan terus menurun beberapa tahun mendatang dari lapangan eksisting,” kata dia dalam webinar Menelisik Kesiapan Pasokan Gas untuk Sektor Industri dan Pembangkit Listrik, dikutip Kamis (29/2/2024).
Di sisi lain, Rizal mengatakan berdasarkan neraca gas bumi 2023-2032, sektor industri menjadi salah satu konsumen pengguna gas cukup besar saat ini yakni mencapai 30,83%. Kemudian diikuti oleh sektor ketenagalistrikan 11,82%, dan pupuk sekitar 11%.
Sementara untuk ekspor gas bumi dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) sebesar 22,18%. Kemudian melalui gas pipa yakni sebesar 8,40% dengan total konsumsi pada akhir 2023 mencapai 5.868 BBTUD.
Rizal mengungkapkan sejumlah regulasi telah ditetapkan dalam mendukung tata kelola gas bumi di Indonesia baik itu di sisi hulu maupun hilir. Mulai dari UU 22/2001 Migas, UU 30/2007 tentang Energi, PP 79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, dan beberapa PP lainnya serta Permen ESDM sebagai turunannya.
“Dan sejak tahun 2020, Kementerian ESDM telah menetapkan kebijakan HGBT sesuai arahan presiden untuk 7 industri dan pembangkit listrik untuk kepentingan umum,” ujarnya.
Artikel Selanjutnya
Kemenperin Desak Harga Gas US$ 6 Lanjut, ESDM: Tunggu Evaluasi Dulu
(wia)