Kabar Kurang Baik Kembali Menimpa Ekonomi Jepang, Namun…

by -81 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Aktivitas pabrik di Jepang mengalami kontraksi pada bulan April. Hal ini terungkap dari laporan indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur au Jibun Bank Jepang, Selasa (23/4/2024).

Dalam laporan tersebut, PMI manufaktur naik menjadi 49,9 pada bulan April dari 48,2 pada bulan Maret. Angka ini tetap di bawah ambang batas 50,0 yang memisahkan pertumbuhan dan kontraksi, di mana di atas 50 berarti tumbuh dan di bawah 50 berarti tidak.

Meskipun demikian, indeks tersebut berada paling dekat dengan “tingkat impas” sejak mengalami kontraksi pada bulan Juni. Penurunan output manufaktur sepertinya melambat.

“Sementara sektor jasa tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan, merupakan hal yang menggembirakan melihat penurunan output manufaktur semakin terkendali pada bulan April,” kata Direktur asosiasi ekonomi di S&P Global Market Intelligence, Jingyi Pan, yang menyusun survei tersebut dikutip Reuters.

Pesanan baru misalnya memang mengalami kontraksi namun berada pada ‘laju paling lambat’ dalam enam dan 10 bulan. Kepercayaan produsen dan pertumbuhan lapangan kerja membaik.

Inflasi biaya input meningkat, yang berarti harga output rata-rata meningkat pada laju tercepat dalam sembilan bulan. Data tersebut juga menunjukkan ekspansi sektor jasa meningkat pada bulan April.

Sementara itu, PMI jasa kilat, yang mengestimasi awal Indeks Manajer Pembelian Jasa (PMI) suatu negara, naik tipis menjadi 54,6 pada bulan April. Ini tertinggi sejak Mei tahun lalu, dari 54,1 pada bulan Maret.

“Penelitian menunjukkan, semakin banyak penyedia layanan yang membebankan biaya tambahan kepada pelanggan, sehingga menyebabkan harga jual naik ke level tertinggi dalam satu dekade,” tambah au Jibun Bank.