ESDM Menanggapi Geger RI yang Membuat Harga Nikel Hampir Rp 317 Juta.

by -145 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) angkat suara mengenai harga nikel dunia yang saat ini hampir mencapai US$ 20.000, tepatnya hingga US$ 19.675 atau sekitar Rp 317,8 juta per ton (dengan asumsi kurs Rp 16.157 per US$) pada Selasa (23/4/2024).

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandy Arif, mengungkapkan bahwa siklus naik turun harga berbagai komoditas, termasuk komoditas nikel, di dunia merupakan kejadian yang berulang dengan penyebab yang berbeda-beda. Menurutnya, hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan dan permintaan yang berubah.

Meskipun tidak secara eksplisit menyebutkan penyebab kenaikan harga nikel saat ini, Irwandy menyatakan bahwa nikel masih dibutuhkan terutama untuk produksi stainless steel, baterai kendaraan listrik, logam paduan, dan kebutuhan industri pesawat. Dia juga menegaskan bahwa kondisi harga nikel saat ini bukan disebabkan oleh penundaan persetujuan kuota nikel di Indonesia.

Irwandy juga menegaskan bahwa kenaikan harga nikel saat ini adalah akibat dari siklus harga yang terjadi dan bukan sekadar kejadian mendadak. Harga nikel yang mencapai rekor tertinggi dalam tujuh bulan terakhir ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk rencana penimbunan China, larangan penggunaan produk logam Rusia, dan kenaikan harga komoditas logam lainnya.

Lonjakan harga nikel ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Indonesia sebagai produsen dan eksportir nikel terbesar di dunia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa nilai ekspor nikel dari Indonesia pada Januari-Maret 2024 mencapai US$ 3,13 miliar atau sekitar Rp 51,02 triliun, dengan 95% ekspornya mengarah ke China.

Meskipun terjadi keterlambatan dalam persetujuan kuota pertambangan di awal tahun ini, harga nikel diperkirakan akan melunak di kuartal II-2024 dengan peningkatan pasokan bijih nikel baik dari Indonesia maupun Filipina. Penyebab dari kenaikan harga nikel saat ini adalah karena kekhawatiran akan ketersediaan pasokan, namun sentiment bullish di pasar nikel Asia juga mendukung penguatan tersebut.