Dapat Rumah di Mana dengan KPR Tapera Maksimal Rp185 Juta?

by -145 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Lokasi rumah yang diperoleh melalui pembiayaan iuran Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) masih menjadi perbincangan. Banyak simulasi yang menunjukkan bahwa jumlah tabungan yang terkumpul tidak mencukupi untuk membeli rumah atau tanah dekat perkotaan.

“Masalah utama saat ini untuk rumah tapak adalah ketersediaan lokasi yang menguntungkan, terutama jika melihat bahwa sebagian besar backlog rumah sebanyak 9,9 juta merupakan masyarakat perkotaan. Harga tanah di perkotaan sudah tidak terjangkau,” kata Komisioner BP Tapera Heru Pudyo Nugroho dalam konferensi pers pada Rabu (5/6/2024).

Berdasarkan Keputusan BP Tapera Nomor 2 Tahun 2023, batas kredit ditetapkan berdasarkan wilayah. Di kawasan Jabodetabek, Maluku, Bali, dan NTB, batasannya adalah Rp 185 juta. Sementara di Jawa selain Jabodetabek dan Sumatera, batasnya adalah Rp 166 juta.

Untuk Kalimantan dan Sulawesi, batasannya masing-masing Rp 182 juta dan Rp 173 juta. Papua memiliki batas tertinggi, yaitu Rp 240 juta.

Menurut Heru, dengan analogi pembiayaan KPR rumah saat ini, batas kredit untuk wilayah Jabodetabek mencapai Rp 185 juta, sedangkan untuk wilayah non-Papua adalah Rp 166 – Rp 176 juta, dan untuk Papua adalah Rp 240 juta, secara keseluruhan terlihat tidak terjangkau jika dekat dengan perkotaan.

Oleh karena itu, BP Tapera mendorong masyarakat untuk membeli rumah vertikal atau apartemen. Meskipun kredit yang diberikan melalui FLPP atau dana Tapera dapat digunakan untuk membiayai rumah vertikal atau susun.

“Hal ini juga menjadi tantangan, karena harga rumah vertikal lebih tinggi daripada rumah tapak,” tambahnya.

Di kesempatan lain, Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kementerian PUPR, Herry Trisaputra Zuna mengatakan bahwa dengan tingginya urbanisasi saat ini, masyarakat diharapkan untuk membeli rumah vertikal agar dapat mencapai tempat kerja mereka dengan lebih singkat.

“Kami mendorong masyarakat untuk membeli rumah vertikal, karena saat ini hanya 900 ribu unit dari 1,7 juta unit merupakan rumah tapak. Ke depannya, kami akan mendukung lebih banyak rumah vertikal agar lebih dekat dengan perkotaan,” ujar Zuna.