Pemerintahan Netanyahu Mengalami Pecah, Menteri Kabinet Perang Israel Mundur

by -89 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Politisi Israel dan mantan panglima militer Benny Gantz telah menindaklanjuti ancamannya untuk mengundurkan diri dari kabinet darurat perang Benjamin Netanyahu. Hal tersebut membuat perdana menteri semakin tergantung pada elemen sayap kanan dalam pemerintah koalisi.

Gantz, saingan utama Netanyahu, mantan menteri pertahanan dan pemimpin partai Persatuan Nasional yang berhaluan kanan-tengah, bergabung dengan kabinet perang yang terdiri dari tiga orang sebagai menteri tanpa jabatan setelah serangan Hamas pada 7 Oktober. Langkah ini diambil oleh Netanyahu untuk menciptakan persatuan di negara tersebut.

Namun, seiring dengan berlanjutnya upaya perang Israel di Gaza, perselisihan mengenai strategi dan cara terbaik untuk memulangkan 250 sandera Israel semakin terbuka. Gantz menuding bahwa perdana menteri mengabaikan pertimbangan strategis seperti kesepakatan pertukaran sandera demi kepentingan politik pribadinya.

Bulan lalu, Gantz memberikan ultimatum kepada Netanyahu bahwa pada tanggal 8 Juni dia akan menyampaikan rencana konkret terkait Jalur Gaza. Namun, pidato pengunduran dirinya ditunda setelah penyelamatan tak terduga empat sandera Israel yang memakan korban di kedua belah pihak.

Gantz menyatakan bahwa Netanyahu menghalanginya untuk meraih kemenangan sejati dan meminta Netanyahu untuk menetapkan tanggal pemilu, serta berpesan agar bangsa mereka tidak terpecah belah. Meskipun langkah Gantz ini tidak langsung mengancam posisi Netanyahu yang masih memiliki mayoritas di parlemen, namun berdampak pada citra pemerintah Israel secara internasional.

Gantz, yang cenderung disukai di Washington sebagai penghambat terhadap kebijakan Netanyahu, meninggalkan posisinya sehingga sekutu sayap kanan Netanyahu mendapat pengaruh lebih besar dalam keputusan terkait perang di Gaza dan ancaman konflik lainnya.

Bezalel Smotrich, menteri keuangan sayap kanan, mengecam tindakan Gantz yang dianggapnya tidak tepat dilakukan pada saat perang. Sementara itu, menteri keamanan nasional ekstremis, Itamar Ben-Gvir, meminta Netanyahu untuk mengisi kursi yang ditinggalkan Gantz di kabinet perang.

Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, mendukung keputusan Gantz dan Eisenkot untuk mundur dari pemerintah. Netanyahu, bersama menteri pertahanannya Yoav Gallant, kini sedang mempertimbangkan untuk menutup kabinet perang dan kembali ke model lama untuk membahas isu keamanan, serta menanggapi tantangan internal dalam koalisi pemerintahannya.

Gantz, seperti banyak komandan Israel lainnya, mengakhiri karir militernya untuk terjun ke dunia politik dengan tujuan mengakhiri dominasi Netanyahu. Meskipun dianggap sebagai kandidat yang potensial untuk memimpin koalisi baru jika pemilihan umum diadakan, namun belakangan ini popularitasnya menurun.

Partai Persatuan Nasional yang dipimpin Gantz telah mengajukan rancangan undang-undang untuk membubarkan parlemen dan mengadakan pemilihan umum dini.