Setelah Penembakan Donald Trump, Investor di AS Ramai Meramalkan Hal Ini

by -92 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah investor di Amerika Serikat (AS) membuka suara setelah percobaan pembunuhan yang dialami mantan presiden dan calon presiden Partai Republik, Donald Trump, di Pennsylvania, Sabtu (13/7/2024). Mereka meramalkan masa depan pasar setelah insiden ini.

Dalam laporan CNBC International, analis Eastspring Investments di Singapura, Rong Ren Goh, menyatakan bahwa insiden penembakan ini dapat menjadi kesempatan bagi Trump untuk kembali ke kursi kepresidenan.

“Sebelum kejadian itu, pasar telah bereaksi terhadap prospek kepresidenan Trump dengan mendorong dolar lebih tinggi dan membuat kurva imbal hasil Treasury AS menjadi lebih curam, dan perdagangan ini dapat menguat dalam minggu yang akan datang,” kata Goh.

Pendapat serupa juga disampaikan oleh kepala investasi di Vantage Point Asset Management, Nick Ferres. Dia mencontohkan kejadian yang terjadi pada tahun 1981 ketika Presiden Ronald Reagan mengalami hal serupa.

“Izin saya untuk mengingat, Reagan naik 22 poin dalam jajak pendapat setelah percobaan pembunuhan. Kemungkinan besar pemilu ini akan berjalan dengan baik. Hal ini mungkin dapat mengurangi ketidakpastian,” ungkap Ferres.

Trump sendiri telah mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan setelah insiden ini. Salah satunya adalah CEO Tesla, Elon Musk, dan manajer hedge fund, miliarder Bill Ackman.

Dengan melihat peluang ini, banyak investor memasang taruhannya pada Trump. Menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos, warga AS menganggap Trump sebagai kandidat yang lebih baik dalam hal perekonomian.

Di bawah pemerintahan Trump, analis pasar memperkirakan kebijakan perdagangan yang lebih tegas, lebih sedikit regulasi, dan lebih longgar dalam regulasi perubahan iklim. Investor juga memperkirakan perpanjangan pemotongan pajak perusahaan dan pribadi yang akan berakhir tahun depan.

Trump menyatakan dalam sebuah wawancara pada bulan Februari bahwa dia tidak akan kembali menunjuk Ketua Federal Reserve Jerome Powell, yang masa jabatan keduanya akan berakhir pada tahun 2026.

Sementara itu, imbal hasil Treasury jangka panjang telah meningkat seiring dengan kemungkinan pemerintahan Trump kedua.

“Trump selalu lebih pro-pasar. Masalah utama yang perlu diwaspadai adalah apakah kebijakan fiskal tetap longgar secara tidak bertanggung jawab dan dampaknya terhadap inflasi yang akan diperbarui serta jalur suku bunga di masa depan,” tambah Ferres.