Sekretaris Badan Pangan Nasional, Sarwo Edhy, mengungkapkan data terbaru yang menunjukkan penurunan surplus produksi beras di dalam negeri. Hal ini harus diwaspadai agar tidak terjadi kelangkaan beras.
Produksi beras Januari-Agustus 2024 diperkirakan hanya 21,39 juta ton, lebih rendah 2,24 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara total konsumsi beras periode yang sama diperkirakan mencapai 20,58 juta ton, lebih tinggi 210 ribu ton atau naik 1,03% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dengan demikian, surplus produksi beras Indonesia pada periode tersebut hanya 810 ribu ton, lebih rendah 2,45 juta ton atau 75% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Jadi produksi turun, konsumsi naik, ini harus kita waspadai,” ujar Sarwo Edhy dalam Bincang Kompas di Jakarta, Rabu (17/7/2024).
Dia menjelaskan bahwa Indonesia saat ini memiliki lahan sawah seluas 7.463.948, yang relatif lebih sedikit dari luas lahan yang tersedia. Luas lahan sawah tersebut dapat menyokong sekitar 278 juta jiwa.
Namun, luas tanam padi terus menyusut. Oleh karena itu, menurut Sarwo Edhy, diperlukan pengembangan lahan rawa lebak untuk penanaman beras guna menjaga ketersediaan pangan bagi 500 juta jiwa.
“Jika kita dapat mengoptimalkan 5 juta hektar secara bertahap, maka Indonesia dapat menyokong sekitar 500 juta jiwa,” katanya.
Selain itu, terdapat potensi lahan “tidur” lainnya yang belum dioptimalkan, yaitu lahan seluas 12 juta hektar dan lahan pekarangan mencapai 10 juta hektar.
Artikel ini juga dipublikasikan di CNBC Indonesia.