7 Fakta Pengunduran Dir i Joe Biden, Prosesnya dan Calon Pengganti Yang Mungkin Dipilih

by -98 Views

Daftar Isi Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memutuskan untuk mundur dari pencalonan presiden Negeri Paman Sam. Hal ini dilakukan setelah figur 81 tahun itu mendapatkan tekanan untuk tidak kembali maju dalam kontestasi Gedung Putih. Berikut fakta dan kronologi mundurnya Biden dari pencalonan presiden AS, Senin (22/7/2024): Mundur Melalui Surat Resmi Mundurnya Biden diungkapkannya dalam sebuah surat yang diunggah di akun Instagram dan akun pribadinya, Minggu (21/7/2024). Ia menyatakan keyakinannya bahwa Amerika akan terus maju dan menghadapi tantangan dengan persatuan dan kerja sama meski dirinya mundur. “Meskipun merupakan niat saya untuk mencalonkan kembali, saya percaya adalah yang terbaik bagi partai saya dan negara ini jika saya mundur dan fokus sepenuhnya pada menjalankan tugas saya sebagai Presiden untuk sisa masa jabatan saya,” tulis Biden dalam suratnya pada Minggu (21/7/2024) waktu setempat. Kendor Pasca-Debat Biden sendiri memiliki elektabilitas yang melemah pasca debat dengan rivalnya, Donald Trump, yang dirasa tidak optimal. Dalam penampilannya di debat itu, Biden terlihat mengalami persoalan kognitif dengan kesulitan menemukan jawaban dan tersandung pada dialognya. Ini kemudian menimbulkan spekulasi terkait apakah Biden masih mampu untuk memimpin Negeri Paman Sam. Sejumlah pengurus partai telah menyampaikan keresahannya atas pencalonan Biden. Segera setelah debat, Johanna Maska, seorang konsultan Partai Demokrat dan mantan ajudan mantan Presiden Barack Obama, menyerukan partainya untuk mengganti calon presiden tahun 2024. Menurutnya, banyak kandidat yang lebih baik dari Biden. “Kami tidak bisa melakukan ini, Partai Demokrat. Biden tidak bisa menjatuhkan hukuman. Kami harus mengganti kandidat kami, dan kami memiliki begitu banyak kandidat bagus yang hanya duduk di pinggir lapangan,” ujarnya. Tekanan Internal Mundurnya Biden terjadi setelah beberapa tokoh internal Partai Demokrat memintanya untuk tidak maju kembali. Kekhawatiran terbesar semakin datang saat pendahulu yang juga mantan presiden saat Biden menjadi wakil presiden, Barack Obama, mengungkapkan kekhawatirannya kepada sekutu-sekutunya bila figur 81 tahun terus maju. Obama menyampaikan kepada sekutunya bahwa Biden perlu mempertimbangkan kelayakan kampanyenya tetapi juga menjelaskan bahwa keputusan ada di tangan Biden. Mantan presiden tersebut telah menerima panggilan dari anggota kepemimpinan kongres, gubernur Demokrat, dan donor utama untuk membahas kekhawatiran mereka tentang mantan wakil presidennya. Mantan Ketua DPR Nancy Pelosi secara pribadi memberi tahu Biden bahwa partai mungkin kehilangan kesempatan untuk menguasai DPR jika dia tidak mundur dari perlombaan. Ia juga menyajikan hasil jajak pendapat kepada Biden yang menunjukkan kemungkinan besar dia tidak dapat mengalahkan Donald Trump. Foto: Wakil Presiden Kamala Harris berbicara dengan Presiden Joe Biden saat mereka menyaksikan pertunjukan kembang api Hari Kemerdekaan di National Mall dari balkon Gedung Putih, Kamis, 4 Juli 2024, di Washington. (AP/Evan Vucci)Wakil Presiden Kamala Harris berbicara dengan Presiden Joe Biden saat mereka menyaksikan pertunjukan kembang api Hari Kemerdekaan di National Mall dari balkon Gedung Putih, Kamis, 4 Juli 2024, di Washington. (AP Photo/Evan Vucci) Calon Pengganti Meningkatnya tekanan terhadap Biden untuk mengundurkan diri telah menyoroti Wakil Presiden Kamala Harris, yang oleh banyak pakar dan pakar dipandang sebagai pilihan paling mungkin untuk menggantikannya dalam ajang pemilihan presiden. Harris sendiri telah didorong oleh Biden untuk menggantikannya dalam kontestasi menuju AS 1. “Tentu saja wakil presiden adalah pilihan yang logis,” kata Meena Bose, direktur Pusat Studi Kepresidenan Amerika Peter S. Kalikow di Universitas Hofstra, dalam sebuah wawancara, yang dikutip CNBC International. Tokoh penting Partai Demokrat lainnya, seperti Gubernur Kalifornia Gavin Newsom atau Gubernur Michigan Gretchen Whitmer, disebut-sebut sebagai alternatif yang berpotensi lebih kuat terhadap Harris. Namun hampir semua tokoh tersebut sudah menyatakan tidak akan mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2024. “Waktunya sangat sempit dan sulit untuk melakukan kampanye untuk siapa pun selain wakil presiden,” kata Bose. Kata Investor Mundurnya Biden dari kontestasi pencalonan telah membuat sejumlah investor buka suara. Ekonom bank Swiss UBS menyebut bila Harris dicalonkan, maka pelaku pasar akan melihat keberlanjutan dari program Biden. “Kami tidak memperkirakan adanya perubahan besar dalam prioritas kebijakan dari salah satu pesaing utama Partai Demokrat mengenai isu-isu yang menjadi perhatian investor AS. Kesinambungannya akan terlihat jelas jika Harris menjadi calon,” ujar laporan bank itu dikutip Business Today. UBS mengatakan dukungan Biden terhadap Kamala Harris membuatnya memiliki posisi yang baik untuk mendapatkan nominasi. Namun Harris masih harus meyakinkan para delegasi konvensi bahwa ia merupakan orang yang paling tepat untuk mengalahkan calon dari Partai Republik pada bulan November. “Kami mengharapkan dia untuk menekankan kesinambungan platform Biden, pengabdiannya sebagai wakil presiden, dan kemampuannya untuk menarik perhatian perempuan, pemilih muda, dan pemilih kulit berwarna.” Lebih lanjut, UBS menjelaskan bahwa bila Harris menang, Pemerintahan Demokrat kemungkinan akan terus mendukung inisiatif yang menguntungkan energi hijau, efisiensi, dan pembuat kendaraan listrik. Di sisi lain, bila rival dari partai Republik, Donald Trump menang, Gedung Putih kemungkinan akan meningkatkan ekspektasi pasar terhadap pemotongan pajak dan peraturan bisnis yang lebih ringan, sekaligus menambah kekhawatiran mengenai tarif perdagangan yang lebih tinggi. “Investor harus ingat bahwa hasil politik AS masih jauh dari harapan pendorong terbesar keuntungan pasar keuangan, atau bahkan kinerja sektor. Data ekonomi dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed tetap sama pentingnya,” tambahnya. “Selain itu, banyak hal yang masih bisa berubah menjelang pemungutan suara bulan November dan sejumlah hasil masih mungkin terjadi.” Nasib Ukraina Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky buka suara terkait mundurnya Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dari pencalonan presiden berikutnya. Hal ini disampaikan saat Kyiv masih terus bergantung dengan Washington atas bantuan persenjataan untuk melawan Rusia. Dalam laporan Kyiv Independent, Zelensky menyatakan rasa hormatnya terhadap keputusan Biden untuk mundur dari pencalonan presiden. Ia juga berterima kasih atas dukungannya yang tak tergoyahkan terhadap perjuangan kemerdekaan Ukraina. “Kami akan selalu berterima kasih atas kepemimpinan Presiden Biden. Dia mendukung negara kami pada momen paling dramatis dalam sejarah, membantu kami mencegah Putin menduduki negara kami, dan terus mendukung kami sepanjang perang yang mengerikan ini,” tulis Zelensky di X, Senin (22/7/2024). Zelensky menekankan bahwa situasi di Ukraina dan Eropa masih sulit. Ia mengharapkan dukungan dan kepemimpinan berkelanjutan dari AS di masa depan. “Keputusan Presiden Biden akan dikenang sebagai tindakan berani yang diambil dalam menanggapi masa-masa sulit,” tambahnya. Mundurnya Biden terjadi saat posisinya terus berada di bawah Trump. Trump terus unggul pasca debat, di mana Biden terlihat tidak mampu menguasai forum, serta insiden penembakan dalam kampanye Partai Republik di Pennsylvania. Trump telah menunjuk calon wakilnya, JD Vance, untuk maju dalam pemilihan. Keduanya merupakan tokoh yang terus menggemakan pemberlakuan kebijakan ‘America First’ yang lebih fokus di dalam negeri dan tak begitu ambil pusing terhadap kondisi global. Bila menang, Trump diramal dapat menyetujui proposal aneksasi Moskow di wilayah Ukraina. Ia juga pernah terang-terangan mengizinkan Rusia menyerang negara NATO yang memiliki kontribusi kecil dalam aliansi itu. Direktur Institut Kajian Internasional Freeman Spogli, Michael McFaul, memaparkan bagaimana Vance menjadi salah satu penentang utama paket bantuan baru ke Ukraina musim semi lalu. Menurutnya, manuver Trump untuk menarik Vance menjadi partner majunya adalah citraan patron kebijakan luar negeri yang dianutnya. “Biden dan Harris telah mempromosikan demokrasi dan menentang otokrat. Trump dan Vance tidak menaruh perhatian pada kemajuan demokrasi di luar negeri dan malah menganut paham autokrat. Perbedaan pendekatan asing yang dianut oleh kedua calon presiden ini sangat jelas,” ujar McFaul, yang juga mantan Duta Besar AS untuk Rusia. Respons Putin Pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin buka suara atas mundurnya petahana, Presiden AS Joe Biden, dari bursa calon presiden Amerika Serikat. Hal ini ditegaskan Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, dikutip Reuters, Senin (22/7/2024). Kremlin mengatakan bahwa bagi Rusia, yang terpenting adalah mencapai tujuannya dalam perang Ukraina, bukan politik AS. Moskow mengatakan banyak hal bisa berubah dalam beberapa bulan mendatang. “Pemilu masih empat bulan lagi, dan itu adalah periode waktu yang panjang dimana banyak hal bisa berubah,” katanya kepada outlet berita SHOT. “Prioritas kami adalah operasi militer khusus,” kata Peskov, menggunakan eufemisme perang Ukraina. Hal sama juga dikatakan mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev. Ia memberi pernyataan dalam bahasa Inggris melalui akun Telegramnya. “Selesai untuk Biden,” ujarnya dilihat CNBC Indonesia. “Jadi mari mendoakan dirinya dalam keadaan sehat. Tujuan dari operasi militer akan tercapai,” katanya merujuk kesehatan Biden dan perang Ukraina. (tps/wur) Saksikan video di bawah ini: Video: Mengenal Kamala Harris, Pengganti Biden di Pilpres AS Next Article Perang Dagang AS-China, RI Bisa Ketiban Durian Runtuh Asal…