Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati hadir dalam COP28-G20 Brazil Finance Track yang diselenggarakan di Rio de Janeiro, Kamis (25/7/2024).
Dalam postingan di akun Instagram @smindrawati, dia menyebutkan dirinya sebagai panelis dalam acara tersebut. Sri Mulyani menjelaskan bahwa tema acara tersebut sangat menarik, yaitu “Making Sustainable Finance Available, Accessible, and Affordable”.
Menurutnya, tema tersebut menyampaikan pesan tentang bagaimana mewujudkan pembiayaan berkelanjutan yang semakin tersedia, dapat dijangkau, dan terjangkau.
“Dalam diskusi panel tersebut, saya menekankan peran penting kebijakan fiskal dan makroekonomi yang tepat untuk menarik pendanaan secara terjangkau untuk membiayai Transisi Ekonomi dalam Climate Action,” ujarnya seperti yang dilansir dari laman @smindrawati, Jumat (26/7/2024).
Sri Mulyani sendiri adalah Ketua bersama Koalisi Menteri-Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim. Forum ini merupakan tempat para Menteri Keuangan berbagi pemikiran, pengetahuan, dan pengalaman dalam merumuskan kebijakan untuk penanggulangan Perubahan Iklim, terutama di era tingginya tingkat suku bunga global. Dalam konteks ini, peran kebijakan yang baik dan tepat sangat penting menurutnya.
Jika pemerintah memiliki kebijakan yang baik, maka mereka dapat menarik modal yang baik. Sri Mulyani juga memberikan apresiasi kepada Menteri Keuangan dan Menteri Lingkungan Hidup Brazil yang memimpin Presidensi G20 serta Menteri Keuangan UAE sebagai Pimpinan COP28 yang terus mendoronghadirnya pendanaan iklim yang nyata dan inovatif melalui sektor swasta, filantropis, dan MDBs, selain dari pendanaan publik.
“Perubahan iklim tidak hanya sebagai tantangan namun juga memberikan kesempatan. Mari bersama-sama kita manfaatkan peluang ini untuk menyelamatkan bumi kita dengan pendanaan iklim yang berkelanjutan,” tegasnya.
Sebagai informasi, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan mencatat realisasi anggaran untuk perubahan iklim dari tahun 2016 hingga 2022 mencapai Rp569 triliun, yang merupakan bagian dari Climate Budget Tagging (CBT). Dari total belanja untuk aksi perubahan iklim tersebut, sebagian besar digunakan untuk mitigasi sebesar 58,4% atau sekitar Rp332,84 triliun.
BKF menghitung bahwa belanja aksi perubahan iklim rata-rata Rp81,3 triliun per tahun atau 3,5% dari APBN. Kebutuhan pendanaan untuk aksi mitigasi tahun 2018-2030 diperkirakan mencapai Rp4.002,44 triliun, dengan rata-rata dana yang dibutuhkan sebesar Rp307,88 triliun per tahun.
(HAA/HAA)