Ancaman Israel dan Arab Bombardir Lebanon-Iran dalam Perang Terbaru

by -90 Views

Pecahnya perang baru di dunia Arab sepertinya tinggal sejengkal. Israel bersumpah untuk membalas dendam ke Lebanon sementara Iran memberi peringatan.

Ini terungkap ketika Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant bersumpah untuk menyerang “musuh dengan keras” setelah tembakan roket dari Lebanon menewaskan 12 orang muda di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik di Gaza akan meluas.

Insiden penembakan roket terjadi di Majdal Shams, sebuah wilayah dimana penduduknya adalah penganut Druze yang berbahasa Arab, pada hari Sabtu. Kejadian tersebut membuat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu kembali lebih awal dari Amerika Serikat setelah berpidato di Kongres AS dan bertemu dengan sejumlah tokoh termasuk Presiden AS Joe Biden, Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden AS Donald Trump.

“Hizbullah akan membayar harga yang mahal…. harga yang belum pernah dibayar sebelumnya,” ujar Netanyahu seperti yang dikutip dari AFP.

Militer Israel menyebut insiden ini sebagai “serangan paling mematikan terhadap warga sipil Israel” sejak serangan pada 7 Oktober. Israel menyalahkan gerakan Hizbullah Lebanon dan mengklaim bahwa roket Falaq-1 Iran yang digunakan dalam serangan tersebut.

Di sisi lain, Iran memperingatkan Israel bahwa setiap aksi agresi baru di Lebanon dapat memiliki akibat yang tidak terduga. Meskipun Hizbullah dekat dengan Iran, mereka membantah keterlibatan mereka dalam serangan di Majdal Shams.

Menurut penuturan penduduk setempat, serangan roket di Majdal Shams mengenai lapangan sepak bola dan merenggut nyawa anak-anak muda berusia 10 hingga 16 tahun dengan satu anak laki-laki berusia 11 tahun masih belum ditemukan.

Sementara itu, Hizbullah mengumumkan serangkaian serangan balasan setelah empat pejuang mereka tewas dalam serangan Israel di Lebanon selatan.

Kemungkinan terjadinya kesalahan tembak dari Israel juga diungkapkan oleh kepala Institut Analisis Militer Timur Dekat dan Teluk. Ia mengatakan bahwa lokasi yang menjadi target Hizbullah sebenarnya berjarak 2,4 kilometer dari kota, sehingga masih dalam batas kesalahan yang mungkin terjadi.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi konflik di wilayah tersebut dan memicu pernyataan keras dari pihak-pihak terkait.