Pencurian atau pengutil di toko-toko Amerika Serikat semakin meningkat seiring dengan inflasi yang berdampak pada bisnis dan keluarga, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Menurut laporan Council on Criminal Justice, pencurian di AS naik 24 persen pada paruh pertama tahun 2024, walaupun tingkat kejahatan lain menurun.
Alex Beene, pakar literasi keuangan di University of Tennessee di Martin, mengatakan bahwa pencurian di toko selama masa inflasi tinggi umum terjadi dalam beberapa kasus serupa di negara lain di masa lalu. Konsumen menghadapi tantangan bukan hanya dari harga yang lebih tinggi, tetapi juga dari keterbatasan sumber daya keuangan tambahan yang biasanya mereka dapatkan.
Laporan dari LendingTree menemukan bahwa lebih dari satu dari lima warga Amerika pernah mencuri di toko. Dari 2.000 konsumen yang disurvei, 23 persen mengakui pernah mencuri, dan 90 persen dari mereka mengatakan bahwa mereka melakukannya karena inflasi dan kondisi ekonomi saat ini.
Beberapa pola pencurian terlihat dari survei tersebut. Orang Amerika yang memiliki anak di bawah usia 18 tahun (27 persen) dan generasi milenial (26 persen) menjadi yang paling mungkin mencuri. Mereka ini kemungkinan mengalami masalah keuangan lebih besar daripada kelompok lain.
Kepala analis kredit LendingTree, Matt Schulz, mengatakan bahwa beberapa pencuri mungkin merupakan anak muda yang gegabah dan mencari kesenangan. Lebih dari sepertiga pencuri mengaku mencuri karena harga barang yang tidak terjangkau, sementara 30 persen mengatakan pencurian membantu memenuhi kebutuhan.
Sebelum memutuskan toko mana yang menjadi target pencurian, sekitar separuh dari mereka mengatakan bahwa mereka lebih memilih mencuri dari toko jaringan ritel daripada toko lokal. Schulz menambahkan bahwa barang yang dicuri bisa memberi petunjuk mengapa mereka melakukan pencurian, biasanya karena kebutuhan seperti makanan, pakaian, atau kosmetik.