Beberapa negara secara terang-terangan mengutuk pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh di Iran. Mayoritas negara yang mengutuk aksi tersebut adalah negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim, seperti Indonesia, Malaysia, Iran, Irak, Suriah, Aljazair, Qatar, Yordania, Oman, Yaman, Kuwait, Pakistan, dan Afghanistan.
Tidak semua negara berpenduduk mayoritas Muslim bereaksi atas pembunuhan ini. Beberapa di antaranya adalah Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain. Arab Saudi misalnya, hingga saat ini belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait pembunuhan Haniyeh.
Mesir, UEA, dan Bahrain hanya menyatakan keprihatinan atas peristiwa tersebut yang berpotensi memicu ketegangan regional. Mesir, dalam pernyataannya menyebut bahwa pembunuhan dan pelanggaran kedaulatan negara bisa memicu konflik regional, meskipun tidak secara langsung menyebut nama Haniyeh atau Iran sebagai lokasi pembunuhan.
UEA menyatakan bahwa mereka terus memonitor perkembangan di regional dan menyatakan keprihatinan atas eskalasi yang terus berlanjut di kawasan tersebut. Mereka menekankan pentingnya pengendalian diri untuk menghindari risiko meluasnya konflik.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Bahrain juga memperingatkan peningkatan eskalasi di kawasan Timur Tengah dan dampaknya terhadap keamanan regional. Mereka meminta dukungan dari Dewan Keamanan PBB dan komunitas internasional untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Sejumlah negara non-muslim seperti China dan Rusia juga turut mengutuk pembunuhan yang diduga dilakukan oleh Israel terhadap Ismail Haniyeh.