Kekalahan Melawan China, Quantum PHK Puluhan Karyawan dalam Pabrik Kompor

by -55 Views

Pabrik kompor gas Quantum resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga, Pengadilan Negeri, Jakarta Pusat, pada 22 Juli 2024 hingga harus PHK 511 karyawan. Direktur PT Aditec Cakrawiyasa, Iwan Budi Buana, menyebut pailit disebabkan oleh penurunan penjualan dan meningkatnya utang perusahaan.

Salah satu yang menjadi sorotannya ialah persaingan antara produk lokal dengan barang impor. Dalam beberapa tahun terakhir pihaknya harus menghadapi barang impor dengan harga miring. Padahal, Quantum sudah menjalin Kerjasama dengan banyak supplier lokal untuk meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).

“TKDN kita sudah 60%, itu nggak sedikit untuk produksi yang sudah lokal, sekarang kompor-kompor diimpor dari China, sedangkan kita produksi dalam negeri,” kata Iwan kepada CNBC Indonesia, Selasa (10/9/2024).

Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan beberapa toko memang menjual kompor impor dengan harga yang jauh lebih murah. Misalnya produk lokal seperti kompor dua tungku Quantum-Rinnai sudah di kisaran Rp 250 ribu hingga di atas Rp 300 ribu. Namun, kompor impor China seperti Tecstar di bawah itu yakni Rp 190 ribu, bahkan penjual bersedia menurunkan menjadi Rp 170 ribu.

Di sisi lain, tingginya TKDN berarti hubungan dengan supplier dalam negeri sudah tergolong kuat. Pihaknya berupaya meminimalisir impor bahan baku untuk menaikkan TKDN. Sayangnya itu menjadi boomerang karena harga bahan baku dari supplier lokal kian tinggi dan pihaknya kesulitan untuk membayarnya.

“Kita sudah berupaya agar produk kami bisa tetap bersaing, tapi impor-impor China ini kan nggak sedikit, jumlahnya banyak sedangkan kami sulit menurunkan harga karena harga dari supplier naik, fix cost seperti gaji pegawai juga naik, jadi kondisinya sulit,” sebut Iwan.

Saat ini Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sudah mempailitkan Quantum karena gagal bayar kepada supplier. Namun, Iwan sepertinya tetap memiliki asa untuk kembali melanjutkan aktivitas produksi pabriknya setelah ‘badai’ ini berlalu.

“(Rencana ke depan) belum tahu ya, kita lagi nunggu dari kurator aja. Saya pengen tetap menjalankan. Secara merek masih bagus ya cuma masalah keuangan,” ujar Iwan.