Media Asing Mengomentari Pembebasan Philip Mehrtens dan Menyebut Sejarah Papua

by -4 Views

Pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mehrtens, berhasil dibebaskan Satuan Tugas (Satgas) Operasi Damai Cartenz gabungan TNI-Polri dari kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua. Philip Mehrtens disandera pada 7 Februari 2023 sesaat setelah mendaratkan pesawat di lapangan terbang Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Peristiwa ini mendapat sorotan luas media asing dari berbagai negara.

Kantor berita asal Inggris, Reuters, menulis berita pembebasan itu dengan judul “New Zealand pilot Philip Mehrtens freed from captivity in Indonesia’s Papua”. Reuters menyoroti bagaimana tim gabungan berhasil membebaskan Philip yang tidak terlihat mengalami stres pascatrauma meskipun kehilangan banyak berat badan, sebagaimana disampaikan Letjen Bambang Trisnohadi.

Sementara itu, kantor berita Prancis, AFP, melaporkan peristiwa tersebut dengan judul “New Zealand pilot freed in Indonesia after 19 months in rebel captivity”. Selain menulis tentang proses pembebasannya, AFP juga menyoroti kepribadian Mehrtens sebelum ditangkap oleh KKB.

AFP juga menyoroti bagaimana Indonesia terus mempertahankan kehadiran militer di Papua. “Indonesia mempertahankan kehadiran militer yang besar di Papua yang kaya sumber daya tetapi terbelakang untuk memadamkan pemberontakan separatis yang telah berlangsung lama,” katanya.

Kantor berita asal Amerika Serikat, Associated Press (AP), menulis berita tersebut dengan judul “A New Zealand pilot is freed after 19 months in rebel captivity in Indonesia’s Papua region”. AP mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo yang memberikan selamat kepada TNI dan Polri yang berhasil membebaskan Merhtens dengan memprioritaskan keselamatannya.

Selain soal pembebasan, AP juga menyoroti bagaimana KKB telah menggunakan kekerasan untuk menuntut kemerdekaan dari Indonesia. “Papua dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1969 berdasarkan pemungutan suara yang disponsori Perserikatan Bangsa-Bangsa yang secara luas dianggap sebagai kepura-puraan. Sejak saat itu, pemberontakan tingkat rendah telah mereda. Konflik meningkat pada tahun lalu, dengan puluhan pemberontak, pasukan keamanan, dan warga sipil terbunuh,” tulis AP.