Konflik Israel melawan Hizbullah semakin memanas, dengan ikut campurnya Houthi Yaman

by -55 Views

Kelompok Houthi Yaman tampaknya telah bergabung dengan Hizbullah melancarkan serangan ke Israel. Hal ini menambah risiko pecahnya perang besar di Timur Tengah. Militer Israel mengklaim berhasil mencegat rudal yang ditembakkan dari Yaman di tengah meningkatnya ketegangan regional, terutama serangan udara berkelanjutan Israel terhadap Hizbullah di Lebanon. Menurut keterangan dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di platform pesan Telegram, sirene peringatan berbunyi di beberapa area di pusat Israel akibat rudal yang ditembakkan dari Yaman.

“Rudal yang ditembakkan dari Yaman berhasil dicegat oleh Sistem Pertahanan Udara ‘Arrow’. Sirene dan ledakan terdengar setelah pencegatan tersebut, disusul dengan jatuhnya serpihan,” tulis pernyataan itu, dilansir AFP, Jumat (27/9/2024). Pemimpin Houthi di Yaman, Abdul Malik al-Huthi, sebelumnya menyatakan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa kelompok yang didukung Iran ini “tidak akan ragu untuk mendukung Lebanon dan Hizbullah” di tengah peningkatan bentrokan lintas perbatasan antara Hizbullah dan Israel. Houthi, yang berbasis di Yaman, juga telah melakukan serangkaian serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah menggunakan drone dan rudal sejak November sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina dalam perang Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Sementara itu, Israel terus meningkatkan operasinya terhadap Hizbullah, sekutu Hamas, dengan mengalihkan fokus militernya dari Gaza ke Lebanon. Pada Kamis, Israel secara tegas menolak upaya gencatan senjata 21 hari yang didorong oleh Amerika Serikat, sekutu utamanya. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa negaranya akan melanjutkan serangan terhadap Hizbullah hingga mencapai “kemenangan”. Konflik antara Israel dan Hizbullah, yang didukung oleh Iran, telah berlangsung selama beberapa dekade sejak terbentuknya gerakan tersebut pada 1982 sebagai respons terhadap invasi Israel ke Lebanon. Dalam perang besar terakhir antara keduanya pada 2006, ribuan warga sipil terpaksa mengungsi, dan infrastruktur di kedua negara mengalami kerusakan parah. Konflik ini sekarang telah memasuki fase yang lebih kompleks dengan keterlibatan berbagai kelompok regional, seperti Houthi.