Indragiri Hilir – Dari grafik di atas menunjukkan prevalensi stunting di Kecamatan Kateman mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada tahun 2022 terdapat 25 kasus menjadi 52 kasus pada tahun 2023. Terus terjadi peningkatan kasus pada tahun 56 kasus pada tahun 2024. Dari 3 Kelurahan, dan 8 Desa.
Dari 2 kelurahan yang ada di Kecamatan Kateman terdapat 2 kelurahan yang mengalami kenaikan kasus stunting di setiap tahunnya yaitu kelurahan Tagaraja pada tahun 2022 berjumlah 7 kasus kemudian di 2023 mengalami kenaikan 11 kasus dan kemudian turun menjadi 10 kasus di tahun 2023 sedangkan ada kelurahan Bandar Sri Gemilang kenaikan kasus stunting juga terjadi yaitu 4 kasus pada tahun 2022, dan meningkat 9 kasus di 2023 dan terjadi penurunan di 2024 yaitu 8 kasus.
Terdapat juga 3 Desa yang mengalami kenaikan kasus yaitu Desa Sungai Simbar pada tahun 2022 terdapat 3 kasus stunting, kemudian meningkat di tahun 2023 dan 2024 sebanyak 15 kasus, kemudian Desa Kuala Selat di tahun 2022 terdapat 4 kasus kemudian terdapat kenaikan kasus di tahun 2023 sebanyak 11 kasus dan 8 kasus di 2024, kemudian Desa Penjuru di tahun 2022 terdapat 1 kasus stunting, dan tidak ada kasus di tahun 2023 kemudian meningkat di tahun 2024 yaitu sebanyak 3 kasus.
Kemudian kenaikan kasus juga terjadi di Desa Sungai Teritip yang pada awalnya di tahun 2022 dan 2023 tidak terdapat kasus stunting tetapi di tahun 2024 terjadi kasus stunting sebanyak 5 kasus. Selain itu juga terdapat 2 desa yang tidak memiliki kasus stunting yaitu desa Tanjung Raja dan Makmur Jaya.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya konvergensi program/intervensi upaya percepatan pencegahan stunting telah mampu menurunkan prevalensi stunting di Kecamatan Kateman namun belum maksimal, perlunya langkah-langkah penanganan yang lebih kuat, komprehensif, dan berkelanjutan untuk menurunkan angka stunting secara lebih signifikan di tahun-tahun mendatang.
Berbagai upaya yang telah dilakukan di Kecamatan Kateman guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi antara lain:
1. Banner Penyuluhan pada Masyarakat, melakukan sosialisasi ASI Eksklusif, Inisiasi menyusu dini (IMD), kesehatan reproduksi, Prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), Gerakan masyarakat hidup sehat (Germas).
2. Pelaksanaan kelas ibu Hamil, Kelas Ibu Balita, dan Posyandu Balita
3. Pemberian Tablet tambah darah pada ibu hamil dan remaja putri
4. Melakukan kunjungan rumah ibu hamil risiko tinggi dan kekurangan energi kronis (KEK) serta balita bermasalah gizi.
5. Pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal bagi ibu hamil dengan KEK dan balita bermasalah gizi.
6. Pendampingan ASI Eksklusif
7. Melakukan inspeksi kesehatan lingkungan tempat pengolahan pangan (TPP)
8. Melaksanakan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kualitas air di depot air minum
9. Melakukan Survey kualitas air minum rumah tangga
10. Melaksanakan pelayanan kesehatan calon pengantin
11. Pembinaan Kader kesehatan remaja (KRR) di sekolah
12. Pemberian Vitamin A pada Balita (6-59 bulan) di posyandu dan TK/Paud
Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita di Kecamatan Kateman adalah sebagai berikut:
1. Tidak Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap Sebagian besar balita stunting di kecamatan Kateman tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Salah satu penyebabnya yaitu kekhawatiran orang tua terhadap efek samping imunisasi. Ketidaklengkapan imunisasi dapat menyebabkan anak lebih rentan terhadap penyakit yang bisa mempengaruhi status gizi
2. Tingkat Pendidikan orang tua balita masih rendah
Tingkat Pendidikan orang tua balita masih rendah sehingga berdampak pada kurangnya pemahaman mereka tentang pentingnya nutrisi dan pola asuh yang baik untuk mencegah stunting dan juga dapat menghambat akses terhadap informasi kesehatan yang memadai
3. Terpapar Asap Rokok
Paparan asap rokok dapat mengganggu kesehatan pernapasan dan memperburuk kondisi stunting dengan menurunkan daya tahan tubuh anak.
4. Belum Mendapat MP ASI
Banyak balita stunting belum mendapatkan MP-ASI yang sesuai standar. MP-ASI yang tidak memadai bisa menyebabkan kekurangan gizi yang berkontribusi pada terjadinya stunting.
5. Pemahaman Tentang Stunting yang masih kurang
Masih banyak orang tua yang tidak memahami pentingnya gizi seimbang dalam pola makan anak yang dapat memperburuk kondisi stunting.
6. Tidak Menerima ASI Eksklusif
Sebagian anak stunting tidak mendapatkan ASI Eksklusif, padahal ASI Eksklusif sangat penting untuk pertumbuhan optimal anak pada enam bulan pertama kehidupan.
7. Tidak Memiliki Jamban Sehat
Ada anak yang tinggal di rumah tanpa jamban sehat, yang meningkatkan risiko infeksi dan memperburuk status kesehatan serta gizi anak.
8. Akses Air Bersih yang kurang
Kurangnya akses terhadap air bersih juga menjadi salah satu faktor memperburuk status gizi kesehatan balita, meningkatkan risiko terkena penyakit yang berkaitan dengan sanitasi dan kebersihan.
9. Penyakit Kronis
Adanya balita dengan riwayat penyakit juga menjadi faktor yang memperburuk kondisi stunting, karena penyakit kronis dapat mempengaruhi penyerapan nutrisi dan pertumbuhan anak.
Kejadian Stunting di Kecamatan Kateman sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor determinan, termasuk masih adanya balita tidak mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap, Paparan asap rokok, Kurangnya pengetahuan tentang gizi seimbang dalam pola makan anak, pemberian MP-ASI yang tidak sesuai, hingga faktor lingkungan seperti akses terhadap sanitasi dan air bersih. Upaya perbaikan status gizi balita memerlukan pendekatan holistik, termasuk edukasi kepada orang tua, perbaikan sanitasi lingkungan tempat tinggal anak, serta peningkatan gizi dan akses kesehatan.