Pemerintahan Presiden Donald Trump telah mengambil tindakan besar dalam kebijakan luar negeri dengan menghentikan sementara berbagi intelijen dengan Ukraina. Keputusan ini memberikan tekanan pada Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, untuk segera memulai pembicaraan perdamaian dengan Rusia. Langkah ini datang setelah Amerika Serikat sebelumnya menghentikan bantuan militer ke Kyiv, yang menyebabkan kekhawatiran terkait kemampuan Ukraina dalam menghadapi ancaman peluru kendali dari Rusia.
Respons dari AS terhadap Ukraina tampaknya mulai membuahkan hasil, dengan Trump menyatakan bahwa Ukraina bersedia bernegosiasi. Direktur CIA John Ratcliffe juga mengonfirmasi bahwa penghentian sementara dalam berbagi intelijen akan segera berakhir. AS siap bekerja sama dengan Ukraina untuk melawan agresi yang ada dan menciptakan kondisi yang lebih baik untuk proses negosiasi perdamaian.
Sementara itu, beberapa anggota parlemen AS memberikan kecaman terhadap keputusan AS untuk menghentikan berbagi intelijen dengan Ukraina. Senator Mark Warner menyebut langkah ini sebagai tindakan yang memberikan keuntungan kepada Rusia. Negara-negara Eropa juga sedang meningkatkan belanja pertahanan mereka dan tetap memberikan dukungan kepada Ukraina.
Dampak dari penghentian berbagi intelijen AS terhadap Ukraina sangat signifikan, terutama dalam menghadapi situasi di medan perang yang masih dihadapi Ukraina. Kyiv sangat bergantung pada informasi intelijen dari AS untuk mengantisipasi serangan dan pergerakan militer Rusia di wilayah yang diduduki. Para analis khawatir bahwa penghentian ini dapat memperburuk kondisi Ukraina di medan perang, mengingat sebagian wilayah negara tersebut masih diduduki oleh Rusia. Selain itu, penghentian ini juga membuat Ukraina memiliki sedikit waktu untuk bereaksi terhadap serangan, meningkatkan risiko kerugian warga sipil yang lebih tinggi.