![](https://tribunmerdeka.biz/wp-content/uploads/2025/03/foto-yang-diambil-pada-26-agustus-2022-ini-menunjukkan-kendaraan-yang-sedang-dibangun-pada-jalur-pro.jpeg; charset="utf-8" "foto-yang-diambil-pada-26-agustus-2022-ini-menunjukkan-kendaraan-yang-sedang-dibangun-pada-jalur-pro.jpeg-charsetutf-8")
Kenaikan tarif impor sebesar 25% dari Kanada dan Meksiko yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump diyakini akan membuat harga mobil naik drastis. Hal ini disampaikan oleh Alliance for Automotive Innovation, sebuah kelompok dagang yang mewakili hampir semua produsen mobil dari merek besar. Menurut John Bozzella, pimpinan Alliance for Automotive Innovation, tarif tersebut akan berdampak pada seluruh produsen mobil dari Kanada dan Meksiko. Alliance for Automotive Innovation mewakili semua produsen mobil besar di AS kecuali Tesla dan anggotanya termasuk General Motors, Ford, Toyota, Volkswagen, Hyundai, dan Stellantis.
Bozzella juga memperkirakan bahwa harga beberapa model kendaraan dapat naik hingga 25% akibat tarif baru tersebut. Produsen mobil telah mengingatkan bahwa tarif dapat mengganggu rantai pasokan otomotif yang telah terintegrasi di Amerika Utara selama lebih dari 25 tahun. Stellantis telah menginformasikan para dealer bahwa tarif baru ini akan menambah biaya dan berpotensi memengaruhi konsumen. Berbagai produsen mobil telah bertemu dengan Menteri Perdagangan untuk menyerukan agar kenaikan tarif tidak dilanjutkan secara besar-besaran.
CEO Ford, Jim Farley, bahkan menyatakan bahwa tarif 25% untuk impor dari Meksiko dan Kanada akan membuat industri otomotif AS mengalami kesulitan. Meskipun serikat pekerja otomotif Amerika mendukung langkah Trump dalam penerapan tarif tersebut, Asosiasi Dealer Mobil Internasional Amerika mencatat bahwa dealer telah menghadapi kenaikan harga kendaraan dan suku cadang serta suku bunga yang tinggi. Mereka mengkhawatirkan bahwa tarif baru ini dapat membawa dampak langsung pada harga kendaraan yang pada akhirnya akan membebani konsumen.
