![](https://tribunmerdeka.biz/wp-content/uploads/2025/03/hujan-lebat-akibat-badai-ivo-menyebabkan-banjir-parah-di-redon-barat-laut-prancis-pada-rabu-waktu-se.jpeg; charset="utf-8" "hujan-lebat-akibat-badai-ivo-menyebabkan-banjir-parah-di-redon-barat-laut-prancis-pada-rabu-waktu-se.jpeg-charsetutf-8")
Badai multisel ditemukan di Indonesia, yang diperkirakan akan menyebabkan cuaca ekstrem di beberapa wilayah hingga akhir pekan ini. Ahli Klimatologi BRIN, Erma Yulihastin, menjelaskan bahwa badai multisel terdiri dari awan-awan Cb atau badai guruh dan dikategorikan sebagai badai dahsyat selain tornado dan puting beliung. Ketiga badai multisel ditemukan di wilayah Sumatera Selatan, Jawa Barat-Banten, dan Jawa Tengah-Timur. Berdasarkan pengamatan radar, badai multisel di Jabar-Banten dan Jaten-Jatim adalah campuran klaster dan garis, sementara di Sumatera merupakan klaster.
Pergerakan dan pertumbuhan vortex dipicu badai multisel ini, yang kemungkinan akan berkembang menjadi bibit siklon di Samudera Hindia. Potensi untuk menjadi siklon tropis dari Bibit Siklon Tropis 98S tergolong rendah dengan kecepatan 35 km/jam. Erma juga mengingatkan bahwa dampak siklon tropis hanya terjadi di wilayah sekitarnya, sementara bibit siklon tropis dapat berdampak lebih luas hingga ke daratan. Gelombang Kelvin dan Roseby yang bertemu di Sumatera Selatan dan Jawa Barat serta Selat Sunda juga menjadi faktor yang berdampak pada cuaca yang semakin parah. Pertemuan ini diperkirakan akan berlangsung hingga 9 Maret 2025, yang dapat mengarah pada kondisi cuaca ekstrem. Dengan adanya peak cuaca ekstrem pada dasarian pertama Maret, diharapkan tingkat kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem dapat ditingkatkan.
Sumber: CNBC Indonesia
