Krisis Baru di Negara Terkaya Eropa: Pegawai Berjuang Bertahan

by -2 Views

Krisis perumahan telah melanda beberapa negara di Benua Eropa, termasuk Jerman. Dampak dari krisis ini dapat dirasakan oleh berbagai kalangan, termasuk pekerja seperti Attila Kokas, seorang tukang kebun yang terpaksa tidur di jalanan sebelum berangkat bekerja. Meskipun sebelumnya tinggal di shelter gelandangan, Kokas merasa tidak nyaman karena kondisinya yang tidak aman dan berisik.

Hal yang sama juga dialami oleh Denny Wagner, seorang koki di lembaga non-profit yang pendapatannya sebenarnya cukup baik namun tidak mencukupi untuk membayar sewa tempat tinggal yang layak di Berlin. Pasar perumahan yang ketat ini sangat berdampak pada orang dengan pendapatan rendah dan mereka yang melarikan diri dari shelter tuna wisma.

Permasalahan perumahan di Jerman menjadi topik utama diskusi para politisi, yang menyoroti kurangnya pembangunan perumahan baru. Negara ini memiliki tingkat pemilik rumah yang rendah, dengan lebih dari 50% penduduk Jerman menyewa tempat tinggal mereka. Krisis perumahan ini disebabkan oleh pembatasan harga sewa dan tingkat pemakaian pendapatan untuk membayar sewa yang tinggi.

Berbagai faktor seperti migrasi, alih fungsi rumah menjadi tempat sewa liburan, dan kurangnya investasi pada rumah murah juga turut memperburuk krisis perumahan di Jerman. Meskipun terdapat janji untuk membangun rumah baru, namun hal ini kesulitan terpenuhi oleh tersendatnya laju konstruksi dan preferensi investor pada apartemen mewah. Sejumlah kota besar seperti Berlin, Hamburg, dan Cologne mengalami lonjakan permintaan sewa yang signifikan.

Dalam situasi yang semakin memburuk ini, platform real estat daring Immoscout24 mencatat bahwa pembangunan perumahan sosial di Berlin pada tahun 2004 malah dijual untuk pembangunan apartemen mewah. Diperkirakan bahwa Jerman membutuhkan 600.000 hingga 800.000 rumah lagi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan kondisi tersebuk, krisis perumahan di Jerman perlu penanganan serius agar dapat memberikan solusi bagi mereka yang terdampak.

Source link