Kondisi APBN sampai akhir Maret 2025 menunjukkan perburukan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Defisit APBN mencapai Rp 104,2 triliun atau 0,43% dari PDB pada kuartal pertama tahun ini, sementara tahun sebelumnya masih surplus sebesar Rp 8,07 triliun. Namun, desain defisit APBN 2025 lebih dalam dibandingkan dengan tahun 2024. Defisit APBN tahun ini mencapai Rp 616,2 triliun atau 2,53% dari PDB, sedangkan pada 2024, desain defisitnya Rp 522,83 triliun atau 2,29% dari PDB.
Meskipun terjadi penurunan defisit pada kuartal I-2025, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan bahwa pengelolaan defisit APBN akan tetap sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Target defisit APBN 2025 dijaga pada kisaran 2,5% terhadap PDB, meskipun program pembangunan Presiden Prabowo Subianto masif. Defisit diharapkan dapat dijaga dengan realisasi belanja negara dan pendapatan negara sesuai target.
Pendapatan negara per Maret 2025 baru mencapai Rp 516,1 triliun atau 17,2% dari target tahun ini, sementara belanja negara mencapai Rp 620,3 triliun atau 17,1% dari target. Sri Mulyani menjelaskan bahwa pendapatan negara terdiri dari Penerimaan Perpajakan dan PNBP, sedangkan belanja negara berasal dari Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer Ke Daerah. Meskipun defisit mencapai Rp 104,2 triliun, keseimbangan primer masih mencatat surplus Rp 17,5 triliun. Bisa dipastikan pengelolaan APBN tetap terjaga dengan baik pada tahun 2025.