Wakil Presiden periode ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, menyoroti kondisi ekonomi Indonesia yang tengah berada dalam tekanan. Hal ini disebabkan oleh perang dagang yang dilancarkan oleh Presiden AS Donald Trump, yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Sebelum adanya ketegangan ekonomi akibat kebijakan tarif tinggi Trump terhadap mitra dagang utamanya, ekonomi Indonesia telah mengalami tekanan fiskal yang cukup signifikan. Defisit APBN terus meningkat, menyebabkan penumpukan utang yang terus berlanjut. Realisasi defisit APBN per akhir Maret 2025 mencapai Rp 104,2 triliun, 0,45% dari PDB, sementara total nilai utang pemerintah pusat sudah mencapai Rp 8.909,14 triliun per Januari 2025. Rasio utang terhadap PDB diperkirakan akan terus meningkat sepanjang tahun.
Selain itu, Jusuf Kalla juga menyoroti rendahnya investasi yang belum optimal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Daya beli masyarakat juga terus tertekan, terutama dengan kondisi pemutusan hubungan kerja dan keterbatasan lapangan pekerjaan. Hal ini terlihat dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia selama tiga bulan terakhir. Dengan banyaknya masalah yang dihadapi baik secara global maupun domestik, Jusuf Kalla menegaskan bahwa ekonomi Indonesia sedang mengalami masa sulit.