Ketegangan antara India dan Pakistan memuncak setelah Pakistan mengklaim bahwa mereka menerima informasi intelijen kredibel yang menyebutkan rencana serangan India dalam 24 hingga 36 jam ke depan. Meskipun tidak ada bukti konkret yang diberikan untuk mendukung klaim tersebut, pernyataan ini menambah daftar ancaman yang telah dilontarkan oleh pejabat Pakistan sebelumnya.
Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Muhammad Asif, bahkan menyebut bahwa mereka telah memperkuat pasukan mereka sebagai langkah antisipasi terhadap serangan yang mereka anggap akan segera terjadi. Menteri lainnya, Hanif Abbasi, juga memberikan peringatan serupa kepada India, dengan mengingatkan bahwa Pakistan memiliki rudal dan hulu ledak nuklir yang signifikan.
Ketegangan antara kedua negara semakin memanas setelah India menuduh unsur-unsur Pakistan terlibat dalam serangan di Kashmir yang menewaskan puluhan wisatawan. Serangan ini dipandang sebagai yang paling mematikan dalam dua dekade terakhir, dan Perdana Menteri India, Narendra Modi, telah berjanji untuk mengejar para pelaku.
Pasca serangan tersebut, kedua negara melancarkan serangkaian tindakan diplomatik, termasuk pembatalan visa dan penutupan wilayah udara Pakistan untuk maskapai India. India juga menunda partisipasinya dalam Perjanjian Perairan Indus, yang mengatur pembagian air dari Sungai Indus.
Eskalasi ketegangan ini juga terjadi di sepanjang Garis Kontrol (LoC) antara kedua negara, memicu kekhawatiran internasional. Sementara Pakistan bersiap untuk mengambil tindakan hukum atas keputusan India terkait Perjanjian Perairan Indus, situasi yang berkembang ini memunculkan serangkaian reaksi dan pernyataan dari kedua belah pihak.