Di Jakarta, kantor dengan tingkat okupansi yang rendah atau bahkan kosong telah menjadi fenomena yang tidak asing lagi. Situasi ini mulai terjadi sejak pandemi Covid-19 melanda, namun hingga kini kondisinya masih jauh dari normal. Menurut pengamat properti Aleviery Akbar, sektor perkantoran dan ritel masih mengalami tekanan yang belum sepenuhnya terkendali. Banyak pengusaha yang masih memilih untuk bekerja dari rumah (WFH), sehingga efisiensi ruang kantor dan ritel terus berlangsung.
Pada awal tahun 2025, terjadi sedikit peningkatan permintaan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, kondisi ekonomi yang tidak stabil membuat peningkatan tersebut tetap terbatas, dan penyerapan ruang kantor diprediksi akan tetap tertekan. Meskipun tercatat ada sedikit kenaikan okupansi di beberapa area Jakarta, terutama di Central Business District (CBD), namun pemilik properti tetap berhati-hati dalam menetapkan biaya sewa, terutama untuk gedung perkantoran yang kesulitan mencapai tingkat okupansi yang diinginkan.
Strategi penyewaan yang fleksibel, biaya sewa yang bisa disesuaikan, jangka waktu kontrak yang variatif, dan perbaikan kualitas gedung dengan fitur bangunan hijau menjadi langkah yang tengah diterapkan oleh para pemilik properti. Hal ini dilakukan untuk menjaga daya tarik gedung perkantoran bagi penyewa di tengah situasi ekonomi yang tidak pasti. Meskipun terjadi penurunan harga sewa kantor sejak awal pandemi Covid-19, namun para pemilik properti masih berusaha menjaga harga tetap kompetitif dengan menaikkan biaya service charge jika ada kenaikan listrik atau Upah Minimum Regional (UMR).
Colliers Indonesia mencatat bahwa pada kuartal III tahun 2024, terdapat 2 juta meter persegi area perkantoran kosong dari total suplai 11 juta meter persegi di Jakarta. Kasus kekosongan ruang kantor yang cukup signifikan ini menjadi perhatian utama dalam aktivitas sewa dan penyerapan ruang kantor di ibu kota. Di masa mendatang hingga tahun 2028, diperkirakan akan ada tambahan sekitar 100.000 meter persegi ruang kantor baru di CBD dan sekitar 240.000 meter persegi di luar CBD dari 7 pembangunan kantor yang direncanakan selesai dalam rentang waktu 2025-2028. Menariknya, sejak pandemi Covid-19 hingga kuartal II 2024, terjadi penurunan jauh dalam penyerapan ruang kantor, dengan rata-rata negatif sekitar -54.244 meter persegi per tahun dibandingkan dengan periode sebelum pandemi yang sekitar 327.235 meter persegi per tahun. Pemulihan sektor perkantoran di Jakarta masih memerlukan waktu dan upaya yang terus menerus di tengah ketidakpastian ekonomi global.