Pada Konferensi Ekonomi Internasional St. Petersburg tahun 2025, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengumumkan lonjakan produksi pangan negara yang mencatat rekor. Produksi beras dan jagung naik sekitar 50 persen sejak awal pemerintahannya, merupakan kenaikan terbesar dalam sejarah Indonesia. Prabowo menyatakan bahwa pencapaian ini bukan kebetulan, melainkan hasil dari kebijakan deregulasi dan anti-korupsi yang diterapkan dalam sektor pertanian dan pangan.
Presiden menekankan bahwa pergeseran kebijakan tersebut berhasil karena upaya memangkas birokrasi, menghapus regulasi yang menghambat, dan keras dalam memberantas korupsi. Salah satu bukti keberhasilannya adalah cadangan beras nasional yang mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Prabowo juga menetapkan target untuk mencapai swasembada pangan dan menjadi pengekspor bersih beras dan jagung dalam waktu empat tahun.
Keamanan pangan menjadi salah satu prioritas strategis pemerintahan Prabowo, bersama dengan kemandirian energi, reformasi pendidikan, dan percepatan industrialisasi. Prabowo juga menegaskan keyakinannya pada pendekatan ekonomi yang seimbang, yaitu menggabungkan kekuatan kapitalisme dengan intervensi pemerintah untuk menghapus kemiskinan dan kelaparan serta melindungi yang rentan.
Dengan capaian di sektor pertanian, Prabowo meyakini bahwa Indonesia dapat memainkan peran yang lebih signifikan di panggung global, terutama dengan keanggotaannya di BRICS dan keterlibatannya dengan Bank Pembangunan Baru. Reformasi ini menandai niat Indonesia untuk tidak hanya mengamankan kemakmuran di dalam negeri, tetapi juga muncul sebagai kekuatan yang kredibel dan konstruktif dalam ekonomi internasional.