Elon Musk, donatur terbesar untuk kampanye Trump dalam Pilpres AS 2024 namun kini menjadi pihak yang berseberangan, adalah salah satu kritikus One Big Beautiful Bill Act. CEO Tesla dan SpaceX itu menyatakan keberatannya terhadap RUU tersebut pada Sabtu. Musk menilai RUU tersebut akan merugikan banyak pekerjaan di AS dan membawa dampak buruk secara strategis bagi negara. Dia menganggap pemberian subsidi kepada industri masa lalu dan merugikan industri masa depan sebagai hal yang gila dan merusak.
Menurut laporan CBS News, Musk percaya bahwa One Big Beautiful Bill Act akan menjadi “bunuh diri politik bagi Partai Republik”. Komentarnya ini menambah panasnya konflik baru antara Musk dan pemerintahan yang barunya. Salah satu alasan keras Musk menolak RUU tersebut adalah karena besarnya anggaran yang diusulkan. Selain itu, peningkatan plafon utang negara sebesar USD 5 triliun juga menjadi sorotan kerasnya.
Namun, kritik yang dilontarkan oleh Musk tidak terlepas dari dampaknya terhadap bisnisnya. Tesla sangat tergantung pada insentif pemerintah, dan dengan adanya penghapusan kredit pajak kendaraan listrik dalam RUU tersebut, analisis JPMorgan Chase memperkirakan Tesla bisa merugi hingga USD 1,2 miliar. Laporan tahunan perusahaan juga mengakui bahwa penghentian program-program tersebut bisa merugikan bisnis Tesla karena membuat produknya kurang kompetitif di mata konsumen.