Industri Memberikan Pandangan tentang Dunia yang Terguncang dan Perubahan Energi

by -139 Views

Meningkatnya ketegangan geopolitik dikhawatirkan akan memicu krisis energi dan mempengaruhi pasokan sumber daya. Hal ini juga berpotensi mempengaruhi agenda transisi energi seperti mencapai Net Zero Emission (NZE).

Sebagai respons terhadap fenomena ini, beberapa industri menyampaikan pandangannya dalam memanfaatkan peluang dalam transisi energi menuju sumber daya terbarukan dengan mempersiapkan langkah-langkah untuk menghadapinya.

Chief Financial Officer SUN Energy, Evy Susanty mengungkapkan bahwa salah satu cara agar tujuan pencapaian emisi karbon bebas dapat tetap tercapai adalah dengan mempercepat pengembangan energi alternatif, terutama energi hijau atau terbarukan.

“Pandangan saya adalah jika memungkinkan, pembangunan energi terbarukan ini harus didorong agar lebih cepat. Kita tahu ketahanan energi ini masih dalam proses,” kata Evy dalam Road to CNBC Indonesia Award Best Energy Companies, Selasa (31/10/2023).

Perusahaan tersebut juga berkomitmen untuk terus mendukung pembangunan energi terbarukan di Indonesia, terutama dalam pengembangan tenaga surya.

Selain itu, Direktur Keuangan PT PLN Indonesia Power, Endang Astharanti mengatakan bahwa untuk mewujudkan transisi energi dan net zero emission, diperlukan investasi yang sangat besar. Hingga tahun 2030, perusahaan telah berkomitmen untuk membangun 7 GW pembangkit listrik terbarukan dan membutuhkan investasi lebih dari Rp 250 triliun. PLN IP juga melakukan co-investment dengan beberapa pihak untuk mencapai tujuan ini.

“Inisiatif keuangan kolaboratif dilakukan dengan beberapa mitra, termasuk pengembang luar dan dalam negeri. Karena dengan co-investment tersebut, modal kami dapat terbantu. Keterbatasan modal mendorong kami untuk bekerja sama dengan pengembang lain dalam mengembangkan energi terbarukan,” jelas Endang.

Selain pengembangan pembangkit, perusahaan juga melakukan beberapa inisiatif akselerasi dalam gerakan hijau, seperti co-firing dengan biomassa. Dengan demikian, beberapa PLTU yang ada akan menggunakan campuran energi biomass. Menurut Endang, terobosan ini dapat membantu dalam dekarbonisasi. Saat ini, PLN Indonesia Power sudah mencampur 5-10% bahan bakar biomass dalam PLTU yang dimilikinya.

Lebih lanjut, PLN Indonesia Power juga memiliki inisiatif penggunaan hidrogen hijau atau amonia di beberapa unit PLTU. Selain itu, ada juga beberapa inisiatif lain, seperti akselerasi pengembangan PLTS dengan ukuran kecil untuk area terpencil yang masih menggunakan diesel.

“Jika menggabungkan PLTS hibrida, ini dapat membantu mengurangi konsumsi bahan bakar minyak. Karena sifat PLTS bersifat intermitttent, tetap diperlukan ketahanan energi, sehingga diesel masih tetap digunakan dalam kombinasi hibrida,” tegasnya.

Artikel Selanjutnya:

Mencari Perusahaan Energi Terbaik di Tengah Agenda Transisi