Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan ancaman perubahan iklim yang nyata, dan dapat berdampak pada 14% populasi di Bumi. Bahkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kondisi yang terjadi sebagai global boiling.
Menurut Jokowi, jika suhu bumi terus meningkat 1,5 derajat Celsius, diperkirakan akan menyebabkan 210 juta orang mengalami kekurangan air dan terpapar gelombang panas.
“14% populasi akan terpapar gelombang panas, dan 290 juta rumah akan terendam banjir pesisir, serta 600 juta orang akan mengalami malnutrisi akibat gagal panen. Ini merupakan ancaman nyata bagi kita,” kata Jokowi, saat meresmikan Pembukaan World Hydropower Congress 2023 di Bali, Selasa (31/10/2023).
Oleh karena itu, Indonesia berkomitmen untuk mempercepat transisi energi melalui penambahan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam skala besar.
Potensi energi di Indonesia mencapai 3.600 GW dari energi matahari, angin, panas bumi, arus laut atau ombak, bioenergi, dan arus sungai.
“Indonesia memiliki lebih dari 4.400 sungai yang berpotensi, di antaranya 128 sungai adalah sungai besar,” kata Jokowi.
Misalnya, Sungai Mamberamo di Papua dan Sungai Kayan di Kalimantan Utara memiliki potensi 13 ribu Megawatt.
“Potensi ini akan digunakan sebagai sumber listrik untuk green industrial park di Kalimantan Utara. Ini adalah potensi besar yang dapat kita manfaatkan untuk masa depan bumi dan generasi mendatang,” ujar Jokowi.
Meskipun menghadapi tantangan seperti lokasi pembangkit listrik tenaga air yang jauh dari pusat kebutuhan listrik, masalah pendanaan yang membutuhkan investasi besar, dan alih teknologi, Indonesia telah membuat blueprint untuk menghubungkan listrik hijau ini dari pembangkit hingga pusat pertumbuhan ekonomi, serta terus berkolaborasi dengan kekuatan ekosistem hidup di dunia.
(Gambas:Video CNBC)
(fab/fab)