Tbilisi, CNBC Indonesia – Setelah pandemi yang membuat masyarakat global dilanda perubahan besar, kini dunia menghadapi sederet tantangan baru. Dampaknya bisa negatif terhadap pembangunan manusia dan ekonomi. Semua pihak harus mengambil peran untuk memitigasi hal tersebut.
“Kita dihadapkan pada berbagai tantangan yang berdampak pada pembangunan manusia dan ekonomi, dimana banyak kemajuan yang terhambat,” kata Presiden Asian Development Bank (ADB) Masatsugu Asakawa dalam konferensi pers di Hotel Biltmore, Tbilisi, Georgia.
Salah satu persoalan itu, kata Asakawa adalah krisis iklim. Di samping itu juga kemiskinan dan pembangunan sosio ekonomi yang tidak inklusif.
Vice-President for Market Solutions ADB, Bhargav Dasgupta menambahkan, dampak krisis iklim itu sudah terasa bagi masyarakat. Pada beberapa negara alami cuaca ekstrem seperti sangat panas atau derasnya hujan di luar biasanya.
“Kita melihat besarnya dampak perubahan iklim terhadap planet, khususnya di Asia Pasifik,” ujarnya saat berbincang dengan media.
Situasi tersebut membawa penderitaan besar. Negara dengan kemampuan terbatas, khususnya pada kelompok menengah ke bawah harus berhadapan dengan penurunan ekonomi hingga peningkatan kemiskinan.
Menurut Dasgupta, apabila tidak ada penanganan yang tepat maka situasi buruk akan terus berlanjut ke depan dan membahayakan umat manusia.
Pertemuan Tahunan Asian Development Bank (ADB) ke-57 di Tbilisi, Georgia menyapakati penambahan dana sebesar US$ 5 miliar untuk Asian Development Fund (ADF) 14 dan Technical Assistance Special Fund (TASF) 8.
ADF adalah lembaga yang memberikan hibah kepada negara-negara anggota ADB yang termiskin dan paling rentan. Didirikan pada tahun 1974, ADF awalnya memberikan pinjaman lunak. Hibah diperkenalkan pada tahun 2005, dan mulai tahun 2017 ADF hanya memberikan fasilitas hibah.
Penambahan dana ADF 14 ini sekitar 22% lebih tinggi dibandingkan US$4,1 miliar yang tersedia di ADF 13, dan akan memberikan volume hibah ADF terbesar yang pernah ada kepada anggota ADB yang memenuhi syarat. TASF 8 akan memberikan hibah yang membantu mempersiapkan proyek, membangun kapasitas, dan memberikan saran teknis atau kebijakan.
Adapun pendonor yang dimaksud adalah Armenia; Australia; Austria; Kanada; Denmark; Finlandia; Perancis; Georgia; Jerman; Hong Kong, Tiongkok; India; Indonesia; Irlandia; Italia; Jepang; Luksemburg; Malaysia; Belanda; Selandia Baru; Norway; China; Filipina; Portugal; Republik Korea; Spanyol; Swedia; Swiss; Taipei, China; Turki; Britania Raya; dan Amerika Serikat.
Setidaknya ada tiga hal yang menjadi fokus. Pertama, ADF 14 memprioritaskan bantuan khusus kepada negara-negara berkembang kepulauan kecil yang sangat rentan, terutama terhadap perubahan iklim dan kepada negara-negara yang berada dalam situasi rentan dan terkena dampak konflik.
Kedua, mendukung adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana. Hal ini akan memungkinkan bantuan yang lebih luas untuk kerja sama regional dan barang publik regional, serta untuk aksi gender yang transformatif.
Penerima ADF-14 antara lain Negara Federasi Mikronesia; Kiribati; Republik Kyrgyzstan; Maladewa; Pulau Marshall; Nauru; Samoa; Pulau Solomon; Tajikistan; Tonga; Tuvalu; dan Vanuatu.
Ketiga, hibah juga akan tersedia untuk mendukung masyarakat Afghanistan dan Myanmar, dan untuk proyek transformatif di Bangladesh; Bhutan; Kamboja; Kepulauan Cook; Fiji; Republik Demokratik Rakyat Laos; Mongolia; Nepal; baru; Pakistan; Palau; Papua Nugini; Srilanka; Timor-Leste; dan Uzbekistan.
[Ferry Sandi]