Perusahaan minyak dan gas bumi asal Amerika Serikat Chevron akan menjual aset hulu minyak dan gas buminya di Laut Utara Inggris setelah mengelola aset tersebut selama 55 tahun. Menurut Reuters, rencana ini dilakukan karena Chevron akan fokus pada aset baru di seluruh dunia. Produksi migas di laut dalam yang menjadi pelopor sejak 1970-an juga menunjukkan tren penurunan produksi.
Produksi migas Inggris menurun dari puncaknya sekitar 4,5 juta barel setara minyak per hari pada akhir 1990-an menjadi sekitar 1,2 juta boepd pada tahun 2023. Namun, Chevron menyatakan bahwa rencana divestasi ini tidak akan berdampak pada operasional kantor pusat internasional Chevron di London atau pusat teknologinya di Aberdeen.
CEO Mike Wirth menyatakan bahwa keluarnya Chevron dari kepemilikan aset tersebut merupakan bagian dari peninjauan portofolio global Chevron untuk fokus pada aset yang paling menguntungkan. Chevron berencana untuk menjual aset hingga US$ 15 miliar sebagai bagian dari rencana akuisisi Hess yang mengalami hambatan karena konflik hukum dengan Exxon terkait aset di Guyana.
Chevron juga berusaha menjual kepemilikan marjinalnya di terminal minyak Sullom Voe serta kepemilikannya di sistem pipa Ninian dan SIRGE yang terkait dengan pusat tersebut. Penjualan ini diperkirakan dapat menghasilkan dana hingga US$ 1 miliar tanpa manfaat pajak. Proses penjualan ini diperkirakan akan diluncurkan secara resmi pada bulan Juni 2024.