Jakarta, CNBC Indonesia – Uni Eropa (UE) resmi memulai perang baru dengan China. Ini terkait dengan penerapan tarif pada mobil listrik (electric vehicle/EV) dari Tiongkok.
Dalam sebuah pernyataan Rabu (12/6/2026), UE mengumumkan bahwa mereka akan menetapkan tarif sebesar 38,1% bagi produsen kendaraan listrik baterai (BEV) yang tidak mau bekerja sama dalam penyelidikan perdagangan Eropa. Namun jika produsen tersebut bersedia mematuhi permintaan UE, tarif yang akan dikenakan lebih rendah, yaitu 21%.
UE telah lama menilai bahwa produk EV dari China mendapat manfaat besar dari subsidi yang dianggap tidak adil. Hal ini dianggap sebagai ancaman bagi produsen kendaraan listrik di Eropa.
“UE berkepentingan untuk memberlakukan bea penyeimbang sementara pada impor BEV dari China,” demikian pernyataan tersebut seperti dilansir CNBC International.
Penyelidikan terhadap produk-produk tersebut telah dimulai sejak Oktober dan tarif tersebut bersifat sementara. Namun, apabila pembicaraan dengan pihak berwenang China tidak membuahkan hasil hingga tanggal 4 Juli, maka tarif tersebut akan diberlakukan secara definitif dalam waktu empat bulan.
UE telah memberlakukan tarif sebesar 38,1% pada perusahaan otomotif SAIC, sementara produsen EV utama China seperti BYD dikenakan tarif 17,4% dan Geely 20%. Meskipun demikian, belum ada konfirmasi lebih lanjut mengenai Tesla milik Elon Musk, yang juga memiliki pabrik di Shanghai.
Sebelumnya, pemerintah China menilai langkah tersebut akan merugikan kepentingan Eropa sendiri. Beijing menganggap tindakan tersebut sebagai bentuk proteksionisme.
Menurut Peterson Institute for International Economics, impor kendaraan listrik dari China ke UE naik dari sekitar 57.000 pada tahun 2020 menjadi sekitar 437.000 pada tahun 2023. Nilainya juga meningkat dari US$1,6 miliar (Rp 26 triliun) menjadi US$11,5 miliar (Rp 187 triliun) pada periode yang sama.
AS juga telah memberlakukan tarif tambahan untuk mobil listrik dari China, meningkatkan tarif hingga 100%.
[Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Banyak Warga RI-Malaysia Terancam Nganggur karena Eropa, Ini Sebabnya
(sef/sef)