Analisis Mendalam Mengenai Kekritisan Mineral dalam Konteks Geopolitik

by -89 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Saat ini, dunia sedang berlomba untuk mencari sumber daya mineral kritis seperti nikel, tembaga, emas, bauksit, timah, dan logam tanah jarang (LTJ). Hal ini karena manfaat yang luar biasa dari komoditas mineral kritis, sehingga banyak negara berlomba-lomba untuk mendapatkannya.

Diketahui bahwa saat ini mineral kritis sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat dunia, terutama di era teknologi canggih. Misalnya digunakan sebagai bahan baku untuk baterai, telepon seluler, komputer, peralatan elektronik, dan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya dan angin.

Selain itu, sumber mineral kritis juga dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri pertahanan dan kendaraan listrik. Oleh karena itu, Indonesia seharusnya bersyukur karena memiliki kekayaan sumber daya alam yang luar biasa, termasuk mineral kritis yang melimpah.

Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia menyumbang 40% dari produksi nikel di dunia. Cadangan timah Indonesia juga menduduki posisi kedua terbesar di dunia dengan produksi keseluruhan mencapai 40%. Sementara itu, cadangan emas Indonesia berada di posisi keenam terbesar di dunia, dan cadangan tembaga Indonesia berada di posisi ke-10 dari sisi produksi.

Baru-baru ini, Badan Geologi melaporkan adanya potensi lithium di Indonesia, terutama di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah. Namun, temuan ini perlu diikuti dengan eksplorasi lebih lanjut untuk mengetahui tingkat ekonominya.

Meskipun Indonesia memiliki banyak cadangan mineral, namun industri pertambangan menghadapi tantangan besar akibat masalah geopolitik dan isu lingkungan. Selain itu, kebijakan hilirisasi juga menjadi sorotan, dimana Indonesia sejak tahun 2020 tidak lagi mengekspor bahan mineral mentah, melainkan dalam bentuk logam yang sudah diolah di dalam negeri.

Sayangnya, gugatan yang diajukan oleh Uni Eropa terhadap Indonesia terkait kebijakan hilirisasi tersebut dimenangkan oleh WTO pada tahun 2022. Indonesia kemudian mengajukan banding pada Badan Banding WTO pada Desember 2022.

Untuk membahas isu-isu terkait sumber mineral kritis ke depan, CNBC Indonesia mengadakan MINDialogue Mining Outlook 2024 dengan tema “Critical Minerals in Geopolitical Perspective” pada tanggal 20 Juni 2024 di Gedung Energi, Jakarta. Acara ini akan membahas berbagai persoalan terkait mineral kritis dengan melibatkan para pembicara dari pihak regulator, pemerintah, dan pelaku usaha.

Acara MINDialogue ini akan dibagi menjadi dua sesi panel diskusi yang akan diawali dengan pembukaan oleh Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso dan Keynote Speech oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Sesi panel pertama akan diisi oleh Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto, US Counselor for economic affairs, US Embassy to Indonesia, Jonathan Habjan, dan Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk, Nicolas Kanter.

Sementara untuk sesi panel kedua, akan hadir Wakil Menteri Luar Negeri, Pahala Mansury, Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo, Director Macquarie Group, Janeman Latul, dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas.

Jangan lewatkan acara CNBC Indonesia MINDialogue 2024 hanya di CNBC Indonesia TV dan CNBCIndonesia.com pada tanggal 20 Juni 2024 pukul 13.00-17.00. Acara ini didukung oleh Mining Industry Indonesia (MIND ID).