Pasukan artileri Israel kembali menembak ke arah Gaza dekat perbatasan utara Jalur Gaza dalam tengah konflik yang sedang berlangsung. Militer Israel (IDF) kembali melakukan serangan di wilayah Gaza Utara pada Jumat (28/6/2024). Hal ini terjadi saat Tel Aviv terus mendapatkan tekanan dunia untuk mengakhiri serangannya di daerah kantong Palestina itu.
IDF mengatakan pasukannya telah melancarkan serangan ke sejumlah target di kota Shujaiya. Serangan itu menewaskan beberapa milisi anggota Hamas. “Intelijen telah mengindikasikan kehadiran teroris dan infrastruktur teroris di wilayah Shujaiya,” kata militer, dalam rincian pertama operasi tersebut dikutip dari AFP.
Para saksi mata dan petugas medis juga membenarkan serangan baru ini. Mereka mengaku menyaksikan serangan udara dan melihat asap membumbung setelah rudal Israel mengenai target.
Serangan ini merupakan tanda kembalinya Israel ke wilayah Gaza Utara. Beberapa bulan sebelumnya, Tel Aviv mengklaim struktur komando Hamas di daerah itu telah berhasil dilumpuhkan.
Di sisi lain, Israel juga telah mendapatkan seruan internasional untuk menghentikan serangannya. Bahkan, Dewan Keamanan PBB telah menyetujui resolusi gagasan Amerika Serikat (AS) yang meminta gencatan senjata segera kepada Negeri Yahudi itu.
Namun Israel belum menghentikan operasi militernya. Pada hari Minggu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengatakan “fase intens” perang akan mereda setelah hampir sembilan bulan, meski belum benar-benar berhenti menyerang dan menarik pasukannya secara penuh.
Omer Dostri, pakar militer di Institut Strategi dan Keamanan Yerusalem, mengatakan operasi Israel masih akan berlanjut. Namun intensitas serangan pasukan akan berkurang digantikan oleh bentuk-bentuk serangan udara.
“Tentara Israel akan mengurangi kehadirannya di darat dan semakin banyak menggunakan drone dan jet tempur untuk semakin membongkar Hamas,” ujarnya.
Serangan Israel ke Gaza dimulai pada 7 Oktober silam. Ini diawali serbuan milisi penguasa Gaza, Hamas, ke Israel yang menewaskan 1.200 warga Negeri Yahudi.
Di sisi lain, serangan balik Israel menimbulkan tewasnya 37 ribu warga sipil. Serangan ini juga menimbulkan kerusakan infrastruktur perumahan hingga 70%.
Selain Gaza, memanasnya eskalasi juga terjadi di perbatasan Israel-Lebanon di bagian Utara. Kedua belah pihak hampir setiap hari terlibat baku tembak sejak perang di Gaza dimulai, namun eskalasi makin memuncak pada bulan ini.
Pada Kamis, Hizbullah mengatakan pihaknya menembakkan “lusinan” roket ke pangkalan militer di Israel utara sebagai pembalasan atas serangan Israel di Lebanon.
Hizbullah mengatakan empat pejuangnya tewas. Militer Israel mengatakan serangan udara menewaskan tiga anggota Hizbullah.
Ketegangan ini pun membuat sejumlah negara khawatir. Beberapa negara telah memberikan peringatan serta merencanakan evakuasi bagi warganya di Lebanon karena takut akan terjadi perang besar.
Pemerintah Jerman mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon secepatnya. Hal serupa juga disuarakan Pemerintah Belanda kepada warganya yang ada di negara itu.
Peringatan dua negara Eropa ini datang setelah sebelumnya Kanada dilaporkan tengah bersiap untuk mengevakuasi 45.000 warganya dari Lebanon. Hal ini dilaporkan Channel 12 Israel yang menyebut telah ada pembicaraan terkait evakuasi ini antara Menteri Luar Negeri Israel Katz dan timpalannya dari Kanada Mélanie Joly.
Selain Kanada, Kuwait juga tengah melakukan hal yang sama. Kantor berita resmi Kuwait, KUNA, melaporkan bahwa Kuwait Airways telah mengirimkan armadanya ke Lebanon pada Sabtu lalu untuk melakukan evakuasi.