Proyek Kebanggaan Jokowi Masih Terdampak Isu Ini

by -49 Views

Pemerintah Indonesia saat ini tengah memfokuskan upaya untuk meningkatkan nilai tambah di sektor pertambangan melalui program hilirisasi mineral. Salah satu cara yang diambil adalah dengan membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter).

Meskipun demikian, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan bahwa pembangunan smelter di Indonesia masih menghadapi tantangan, terutama terkait penyediaan tenaga listrik. Arifin menyebut bahwa tenaga listrik yang dibutuhkan untuk smelter sangat besar dan mayoritas masih berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara yang menghasilkan emisi gas rumah kaca yang tinggi.

Arifin menilai bahwa hal ini menjadi tantangan bagi industri smelter karena tuntutan pasar global saat ini mengarah pada produk-produk yang dihasilkan dari penggunaan energi bersih. Belakangan ini, negara-negara Eropa mulai menerapkan mekanisme ‘Cross Border Carbon Mechanism’ yang akan mengenakan pajak karbon pada produk industri dalam negeri, sehingga membuatnya lebih mahal dan tidak kompetitif.

Sementara itu, pemerintah Indonesia juga sedang merencanakan penyediaan tenaga listrik dengan emisi karbon yang rendah. Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang besar, termasuk sumber gas di Blok Masela yang diproyeksikan akan memproduksi 10,5 juta ton LNG per tahun pada tahun 2030. Di samping itu, ada proyek produksi gas di Selat Makassar dan Blok Andaman di Sumatera Bagian Utara.

Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi sumber energi terbarukan seperti energi surya dan angin, namun perlu infrastruktur pendukung yang lebih baik untuk memanfaatkannya secara optimal. Potensi hidro yang terdapat di Kalimantan Utara dan Papua juga belum dimaksimalkan.

Klik untuk menyaksikan video terkait: [Video: Nikel RI Diincar Dunia Tapi Cadangannya Menipis, Ini Kata ESDM](https://cnbcindonesia.com/news/20240531154333-8-542837/video-nikel-ri-diincar-dunia-tapi-cadangannya-menipis-ini-kata-esdm)