Kremlin Mengumumkan Status Darurat karena Ukraina Kembali Diserbu oleh Rusia

by -81 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Ukraina telah melancarkan serangan balik ke Rusia. Bahkan pasukan Kyiv sudah menginvasi balik sejumlah wilayah di Negeri Beruang Merah sehingga keadaan darurat terpaksa diumumkan.

Dilansir The Guardian, pasukan Ukraina melancarkan serangan mendadak pada sebuah konvoi Rusia yang berada sekitar 40 kilometer di dalam wilayah Rusia, tepatnya di provinsi Kursk, pada Jumat (9/8/2024) malam waktu setempat. Serangan ini membuat Kremlin mengumumkan keadaan darurat federal dan mengerahkan pasukan tambahan untuk meredam serangan yang telah berlangsung selama empat hari dan merusak kredibilitas Rusia.

Video yang beredar di media sosial Rusia menunjukkan konvoi yang hancur di jalan raya E38 dekat Oktyabrskoe, lokasi yang jauh lebih dalam dari perbatasan dibandingkan dengan pertempuran sebelumnya yang diketahui publik sejak pasukan Ukraina menyeberangi perbatasan pada Selasa lalu.

Serangan ini dianggap sebagai contoh strategi hit-and-run yang efektif oleh Ukraina, mirip dengan serangan terhadap pasukan Rusia di Kyiv pada awal perang. Namun, serangan ini diperkirakan akan memicu respons eskalatif dari Kremlin, dengan hasil akhir yang masih sangat tidak pasti.

Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa pasukan cadangan telah dikerahkan ke wilayah Kursk, termasuk roket Grad, artileri, dan tank. Sebuah video yang dirilis oleh media militer resmi Rusia, Zvezda, menunjukkan konvoi truk yang membawa kendaraan lapis baja melintasi jalan raya.

Alexei Smirnov, penjabat gubernur wilayah Kursk, mengumumkan keadaan darurat federal dan meminta warga untuk tetap tenang serta saling mendukung. Sekitar 3.000 warga sipil Rusia telah dievakuasi dari daerah konflik.

Sementara itu, di Ukraina, 14 orang dilaporkan tewas dan 43 lainnya terluka akibat serangan misil Rusia yang menghantam sebuah supermarket di Kostiantynivka, sekitar 13 kilometer dari garis depan timur di Donetsk. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyebut serangan tersebut sebagai aksi teroris Rusia yang menargetkan warga sipil.

Ukraina berhasil menembus perbatasan Kursk yang dijaga ringan pada Selasa pagi dengan ratusan tentara, menurut keterangan dari pihak Rusia. Pasukan Ukraina terlibat dalam manuver perang yang bergerak cepat, sebuah bentuk pertempuran yang jarang terlihat selama perang ini, yang sebagian besar didominasi oleh parit-parit yang diperkuat dan ranjau berat, sehingga menghalangi terobosan besar.

Karena pertempuran yang bergerak cepat dan terbatasnya sumber informasi, sulit untuk memastikan di mana garis depan berada di sektor ini. Sebuah video yang diunggah di media Ukraina pada Jumat menunjukkan tentara Ukraina di sebuah fasilitas pengukuran gas di kota Sudzha, sekitar 10 kilometer dari perbatasan, yang mereka klaim telah mereka kuasai.

Klaim ini juga diperkuat oleh beberapa blogger militer Rusia yang semi-independen, yang menjadi sumber utama informasi tentang serangan ini.

Para blogger Rusia melaporkan bahwa Ukraina telah bergerak di tiga jalan menuju timur laut, utara, dan barat laut kota, termasuk di mana jalur kereta api dan rute pasokan yang menuju kota Belgorod di Rusia timur. Salah satu blogger, Rybar, menyatakan bahwa taktik Ukraina adalah menggunakan kendaraan lapis baja untuk mendekati posisi Rusia dan mengikat sebagian pasukan Rusia sementara sisanya melewati dan memasuki pemukiman terdekat untuk melakukan penyergapan.

Hingga kini, pemimpin Ukraina sebagian besar menghindari komentar langsung tentang serangan ini, meskipun pada Kamis malam Zelensky sempat menyinggung perkembangan tersebut. “Rusia membawa perang ke tanah kami dan harus merasakan apa yang telah mereka lakukan,” katanya dalam pidato malamnya. Namun, tujuan akhir Ukraina dalam serangan ini masih belum jelas.

Hanna Shelest, seorang peneliti senior di Center for European Policy Analysis, mengatakan bahwa Ukraina telah berhasil merebut kembali beberapa inisiatif dengan serangan mendadak ini dan memberikan efek psikologis yang melemahkan citra Vladimir Putin sebagai presiden kuat yang melindungi rakyatnya. Menurutnya, harapan militer Ukraina mungkin adalah untuk memindahkan cadangan Rusia agar situasi Ukraina di timur menjadi lebih mudah.

Namun, mantan atase pertahanan Inggris di Moskow dan Kyiv, John Foreman, mengingatkan bahwa operasi di Kursk memiliki risiko strategis karena dapat mengalihkan sumber daya Ukraina yang sudah terbatas dari garis depan yang panjang.

“Kami tidak tahu unit Ukraina yang terlibat, kekuatan, logistik, atau dukungan tempur dan penerbangan mereka. Sejauh ini, pencapaian wilayah masih terbatas,” tambahnya.

Serangan di dalam wilayah Rusia dianggap berisiko secara politis bagi Ukraina. Sekutu-sekutu Baratnya, terutama Amerika Serikat, telah melarang penggunaan senjata Barat untuk menyerang wilayah Rusia yang diakui secara internasional karena takut akan eskalasi lebih lanjut.

Namun, pekan ini Gedung Putih tampak lebih mendukung, yang dianggap sebagai angin segar bagi para pemimpin Ukraina.

(luc/luc)