Jakarta, CNBC Indonesia – Peneliti Ahli Utama Klimatologi dan Perubahan Iklim, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengungkapkan adanya fenomena baru tengah melanda Indonesia. Tanda-tandanya terlihat dari semakin seringnya muncul bibit siklon tropis di wilayah Indonesia.
Secara khusus, dia menyoroti pembentukan bibit siklon dari laut Banda terjadi semakin sering, setiap tahun. Hal ini, kata dia, menunjukkan adanya peningkatan intensitas pembentukan bibit siklon tropis, yang sebelumnya frekuensi terjadinya adalah setiap 10-20 tahun.
“Inilah bukti perubahan iklim. Dulu kita menyangka event semacam ini terjadi 10-20 tahun sekali. Kini menjadi setiap tahun sekali terjadi potensi pembentukan vorteks ganda yang dapat berubah menjadi bibit Siklon Tropis di Laut Banda,” kata Erma kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (5/4/2024).
Dia menjelaskan, siklon tropis bisa terjadi kapan saja dan acak. Namun, imbuh dia, terpantau ada potensi berulangnya kasus serupa yang semakin sering terjadi.
“Semua cuaca itu acak, tapi ada peningkatan frekuensi yang terbukti selama 5 tahun terakhir,” katanya.
“Bahwa yang dinamakan siklon tropis itu acak, bisa terjadi kapan saja. Tapi kita melihat potensi berulangnya kasus berupa mirip Seroja yang kejadiannya 4 April 2021. Itu (bibit siklon mirip Siklon Seroja) pernah terjadi di tahun 2022, meski waktu itu luruh ya. Tapi waktu itu terbentuk vorteks ganda, di selatan dan utara ekuator. Seroja kan pembentukannya begitu,” paparnya.
“Tahun 2023 juga berulang, saya dokumentasikan. Jadi, setiap tahun ada potensi, yang langkah pembentukannya mirip dengan Seroja. Walau kemudian luruh. Sekarang juga kan begitu. Sejak tanggal 2 April kemarin sudah muncul bibit siklon, lalu kemarin ditetapkan Bibit Siklon Tropis 96S. Dan hari ini, 4 April, muncul vorteks ganda. Yang di utara meluruh, tapi yang di selatan ekuator berpotensi membesar,” sebut Erma.
Dia pun menambahkan, kemunculan tanda-tanda bibit siklon yang prosesnya mirip proses kemunculan Siklon Seroja, memang tak selalu mirip atau sama persis.
“Tapi dalam teori Siklon Tropis, hampir nggak mungkin hal itu terjadi. Makanya tadi saya sebut, kalau pun ada kejadian Siklon Seroja, yang bibitnya dari Laut Banda, probabilitas kejadiannya 10-20 tahun sekali. Sekarang kondisinya hampir setiap tahun. Artinya meningkat 10 kali,” katanya.
“Ini yang harus jadi perhatian, dalam konteks perubahan iklim. Apakah sudah eranya Indonesia harus semakin waspada karena setiap tahun terjadi mirip Seroja terbentuk di Laut Banda,” pungkas Erma.
BMKG |
Bibit Siklon Tropis Baru
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan telah mendeteksi kemunculan bibit siklon tropis baru 96S di sekitar Laut Sawu (10.2oLS 121.0oBT). Yang diidentifikasi menunjukkan kecenderungan menguat secara perlahan dalam beberapa hari ke depan.
“Kemunculan bibit siklon baru ini akan memicu terjadinya cuaca ekstrem. Jadi mohon kepada masyarakat diharapkan untuk lebih berhati-hati dan waspada,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Kamis (4/4/2024).
“Bibit siklon ini mengakibatkan kecepatan angin maksimum. Kecepatan angin maksimum di sekitar sistem Bibit Siklon 96S tersebut berkisar 15 – 20 knot (28 – 37 km/jam) dengan tekanan di pusatnya sekitar 1007 mb, dengan pergerakan ke arah barat daya hingga selatan, menjauhi perairan selatan NTT. Ini menuju ke Australia. Dalam 24 jam ke depan prediksi masih bibit siklon, namun dalam 48-72 jam ke depan berpeluang jadi Siklon Tropis yang bergerak menuju arah Australia,” terangnya.
Dia mengingatkan efek langsung dan tidak langsung Bibit Siklon Tropis 96S terhadap cuaca Indonesia. Kondisi itu diprediksi akan memicu cuaca ekstrem di Indonesia.
“Cuaca ekstrem yang terjadi dapat menimbulkan banyak kerugian, baik secara materiil dan imateriel. Selain itu, cuaca ekstrem dapat memicu terjadinya bencana hidrometeorologi. Karena berpotensi terjadi di pekan arus mudik, secara khusus BMKG mengimbau kepada pemudik untuk secara aktif melihat informasi dan kondisi cuaca terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan mudik,” ujarnya mengingatkan.
“Apabila kondisi cuaca sedang buruk, jangan memaksakan diri dan sebaiknya ditunda. Utamakan keselamatan, bukan kecepatan,” pungkas Dwikorita.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Hujan & Kekeringan Ekstrem Makin Sering, Tanda-tandanya Muncul di Jawa
(dce/dce)