Beberapa sekolah di Manila, Filipina terpaksa membatalkan kelas tatap muka karena cuaca panas yang sedang melanda negara pada awal April. Bahkan, suhu di Manila mencapai 42 derajat Celsius. Indeks panas menyebutkan bahwa kondisi di Manila sangat berbahaya. Sekolah di Quezon, area dengan populasi terpadat, terpaksa ditutup sementara. Sekolah dasar dan menengah dilaporkan sebagai yang terpengaruh.
Sekolah di daerah lain diberikan pilihan untuk beralih ke pembelajaran jarak jauh (online). Beberapa sekolah juga memutuskan untuk memperpendek jam belajar agar menghindari waktu terpanas. Peramal cuaca setempat mengatakan bahwa suhu 42-51 derajat Celsius dapat menyebabkan kram panas dan kelelahan.
Prakiraan cuaca memperkirakan kondisi ekstrim akan terus terjadi hingga Rabu, dengan suhu diperkirakan mencapai 43 derajat Celsius. Sebelumnya, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) telah memberikan peringatan tentang perubahan iklim global. Mereka menyatakan bahwa pencairan es di kutub terus meningkat secara cepat.
WMO juga menyoroti peningkatan bencana akibat perubahan iklim dan menekankan bahwa langkah dunia dalam mengatasi perubahan iklim masih perlu ditingkatkan, terutama dari segi pendanaan. Menurut laporan Climate Policy Initiative, investasi terkait iklim perlu meningkat hingga mencapai US$ 9 triliun pada tahun 2030.
Selain itu, laporan tersebut juga menyatakan bahwa aliran keuangan global terkait iklim baru mencapai 1% dari PDB global, yang masih jauh dari target yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris. Ini menunjukkan perlunya peningkatan investasi dan langkah-langkah konkret untuk mengatasi perubahan iklim.