Ternyata! Ide Besar Soeharto Digunakan India dan Mendapatkan Kesuksesan Luar Biasa

by -68 Views

CNBC Indonesia – Era kepemimpinan Soeharto di masa Orde Baru meninggalkan banyak prestasi, termasuk pencapaian swasembada pangan. Prestasi ini menginspirasi banyak negara, terutama dalam kebijakan pertanian. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan bahkan menyatakan bahwa cara India mengelola pertanian saat ini mirip dengan cara Orde Baru. Yang mengejutkan, rahasia di balik keberhasilan tersebut ternyata menggunakan strategi yang tidak asing di telinga kita. Berikut ini ceritanya.

Seperti yang diketahui, India merupakan salah satu pengekspor beras terbesar di dunia, menyumbang lebih dari 40% perdagangan beras global, dan merupakan produsen terbesar kedua setelah China. Zulkifli Hasan mengungkapkan bahwa India menggunakan koperasi dalam pertanian, bukan konglomerasi. Di bidang pupuk, India memutuskan untuk tidak menggunakan pupuk pabrik, melainkan dibuat oleh koperasi yang didukung oleh penelitian pemerintah.

“India dengan populasi 1,4 miliar orang bisa memiliki surplus pangan. Saya bertanya kepada Kementerian Perdagangan, mereka semua menggunakan koperasi, bukan konglomerasi, semua kegiatan pertanian dilakukan melalui koperasi. Mereka tidak menggunakan pupuk pabrik seperti kita, tetapi pupuk dibuat oleh koperasi-koperasi dengan bantuan penelitian pemerintah. Pupuk ini cukup untuk mendukung pertanian seluas 2 hektar dengan irigasi,” kata Zulhas dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI beberapa waktu lalu.

Tidak diragukan lagi bahwa program ketahanan pangan era Soeharto masih sangat dikenal dan terkenang hingga saat ini. Kebijakan tersebut diakui oleh Menteri Pertanian periode 2004-2009, Anton Apriyanto, yang banyak mengadopsi program-program masa Orde Baru. Saat itu, Kementerian Pertanian hanya harus menyatukan kembali berbagai program yang sudah dibangun pada masa Soeharto.

Soeharto memulai pemerintahannya pada tahun 1966 dengan mengutamakan sektor pertanian dan menerapkan berbagai kebijakan yang mengarah ke revolusi pangan. Tindakan ini diambil karena kemiskinan dan kelangkaan pangan menjadi penyebab utama krisis politik di Indonesia. Pada tahun 1970-an dan 1980-an, dilakukan investasi besar-besaran dalam infrastruktur pertanian seperti pembangunan waduk, bendungan, dan irigasi.

Swasembada pangan menjadi fokus utama dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang dibuat oleh Soeharto. Institusi-institusi yang mendukung pertanian mulai dikembangkan, seperti koperasi yang melayani kebutuhan petani, Bulog yang menjaga hasil pertanian, dan institusi penelitian seperti BPTP yang berperan dalam menghasilkan inovasi untuk pertanian.

Program-program seperti Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW) dan kerjasama antar lembaga untuk penyediaan sarana prasarana pertanian seperti irigasi dan pabrik pupuk, merupakan hasil dari keberhasilan program pertanian pada masa Soeharto. Selain itu, program penyuluhan pertanian dan kerjasama antara petani, nelayan, dan peternak dengan pemerintah pada masa itu turut membantu meningkatkan produksi pangan, terutama beras.

Dalam waktu singkat, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras pada tahun 1984 setelah sebelumnya dikenal sebagai negara pengimpor beras terbesar. Namun, harga beras di pasar domestik terus melonjak akibat kurangnya stok dan situasi musim panen yang belum optimal. Pemerintah terus berupaya untuk stabilisasi pasokan dan harga pangan melalui berbagai kebijakan termasuk impor beras. Presiden Soeharto berhasil mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin yang berfokus pada ketahanan pangan dan pembangunan ekonomi di Indonesia.