NATO Mengancam China, Rencana Masuk Asia Dalam Radar

by -70 Views

Aliansi NATO memberikan pernyataan keras terkait China dengan tiba-tiba. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Jens Stoltenberg bahkan mengatakan bahwa blok yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) harus terlibat di Asia, bukan hanya di Atlantik Utara.

“Perang di Ukraina menunjukkan bahwa keamanan bukan bersifat regional, melainkan global,” kata Stoltenberg dalam sebuah acara panel KTT Pemuda NATO di AS, seperti dilansir oleh RT pada Selasa (14/5/2024).

Stoltenberg menegaskan bahwa negara yang memungkinkan Rusia untuk melakukan perang agresi terhadap Ukraina di Eropa adalah China. Dia menyatakan bahwa China adalah mitra dagang terbesar Rusia, yang memasok komponen penting seperti rudal, drone, dan senjata lainnya.

Selain itu, Stoltenberg juga menyebut Iran dan Korea Utara (Korut) sebagai faktor penting dalam kemampuan Rusia melawan Eropa dan tetangga NATO. Oleh karena itu, gagasan untuk memisahkan diri dari Asia tidak dapat dilakukan lagi.

NATO telah berseteru dengan Rusia terkait perang di Ukraina. AS dan sekutu-sekutunya telah memberikan bantuan senjata, amunisi, dan uang tunai senilai lebih dari US$200 miliar kepada Ukraina selama dua tahun terakhir.

Meskipun demikian, NATO menegaskan bahwa bantuan ini tidak membuat mereka terlibat langsung dalam konflik tersebut. Rusia telah mengancam akan melakukan pembalasan jika NATO terus membantu Ukraina.

Saat ini, NATO terdiri dari 32 negara anggota, mulai dari AS, Albania, Belgia, Bulgaria, Kanada, Kroasia, Ceko, Denmark, Estonia, dan lain-lain. Meskipun demikian, NATO tidak memiliki anggota di Asia, namun Jepang dan Korea Selatan (Korsel) pernah diundang ke konferensi tingkat tinggi NATO.

Jepang meskipun bukan anggota NATO, telah memberikan dukungan pertahanan kepada Ukraina dan memberlakukan sanksi terhadap Rusia. Sementara Korea Selatan bergabung dengan Cooperative Cyber Defense Center of Excellence (CCDCOE) yang menjadi bagian dari NATO.

Demikianlah pernyataan keras NATO terkait China dan keterlibatannya di Asia, sebagai respons terhadap konflik di Ukraina.