Indonesia Terancam Bahaya Besar, PBB Berikan Peringatan Penting

by -81 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Kawasan Asia mendapatkan peringatan khusus dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), termasuk Indonesia.

Peringatan tersebut terkait dampak pemanasan global dan perubahan iklim, PBB menyatakan bahwa kawasan Asia masuk dalam area berbahaya.

Peringatan datang dari laporan lembaga PBB, Badan Meteorologi Dunia (WMO) yang bertajuk State of the Climate in Asia 2023. Laporan itu menganalisis bencana yang terjadi 2023 lalu.

Mereka menyoroti bahwa laju percepatan indikator perubahan iklim utama seperti suhu permukaan, pencairan gletser, dan kenaikan permukaan air laut.

Asia disebut masih menjadi wilayah yang paling banyak dilanda masalah alam di dunia akibat cuaca dan iklim. Benua ini mengalami pemanasan lebih cepat dari rata-rata global dengan tren meningkat hampir dua kali lipat sejak periode 1961-1990.

“Kesimpulan dari laporan ini sangat menyadarkan kita,” kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo dalam keterangan yang diterima CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (15/6/2024).

WMO mencatat banyak negara di Asia mengalami tahun terpanas yang pernah tercatat pada tahun 2023, bersamaan dengan kondisi ekstrim, mulai dari kekeringan dan gelombang panas hingga banjir dan badai.

Perubahan frekuensi iklim dan tingkat keparahan peristiwa tersebut, berdampak besar pada masyarakat, ekonomi, dan yang terpenting, kehidupan manusia dan lingkungan tempat makhluk hidup tinggal.

Pada tahun 2023, total 79 bencana yang terkait dengan bahaya hidrometeorologi dilaporkan di Asia, sebagaimana dilaporkan pula oleh Emergency Events Database. Dari jumlah tersebut, lebih dari 80% terkait dengan peristiwa banjir dan badai, dengan lebih dari 2.000 korban jiwa dan sembilan juta orang terkena dampak langsung.

Panas ekstrem juga menjadi laporan lain. Meskipun risiko kesehatan yang ditimbulkan semakin meningkat, penduduk Asia masih beruntung karena tidak ada kematian yang dilaporkan.

“Sekali lagi, di tahun 2023, negara-negara yang rentan terkena dampak yang tidak proporsional. Sebagai contoh, topan tropis Mocha, topan terkuat di Teluk Benggala dalam satu dekade terakhir, menghantam Bangladesh dan Myanmar,” jelas Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik (ESCAP), Armida Salsiah Alisjahbana yang menjadi mitra dalam penyusunan laporan ini.

“Peringatan dini dan kesiapsiagaan yang lebih baik telah menyelamatkan ribuan nyawa,” ujarnya.

Sementara itu, dalam laporan yang sama juga dimuat bagaimana kenaikan permukaan laut dari Januari 1993 hingga Mei 2023. State of the Climate in Asia 2023 juga memberikan data indikasi kenaikan air laut yang meliputi wilayah Indonesia.

Tercatat, banyak area mengindikasikan Global Mean Sea Level (GMSL) di atas rata-rata global yakni 3,4 atau ± 0,33 mm per tahun. Indonesia sendiri berada di wilayah berwarna kuning yang mengindikasikan peringatan.

Sebelumnya, kajian proyeksi USAID di 2016), menyebutkan kenaikan air laut akan menenggelamkan 2.000 pulau kecil pada tahun 2050. Ini berarti terdapat 42 juta penduduk berisiko kehilangan tempat tinggalnya.

Ketakutan Jokowi, Neraka Iklim Makin Dekat

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kesempatan terpisah merespons peringatan PBB terkait perubahan iklim. Jokowi bahkan menyebut istilah ‘neraka iklim’ untuk mendeskripsikan kondisi dunia.

“Kita harus waspada tantangan ke depan tidak mudah. Saya kira bapak ibu semua sudah mendengar warning dari Sekjen PBB, bahwa dunia menuju pada neraka iklim,” kata Jokowi dalam sambutannya saat Rakornas Pengendalian Inflasi di Istana Negara, Jumat (14/6) kemarin.

Jokowi mengatakan suhu dunia akan mencapai rekor tertinggi 5 tahun ke depan. Satu tahun terakhir ini Indonesia juga merasakan adanya kondisi panas seperti El Nino. Bahkan periode terpanas di India bahkan mencapai 50 derajat Celcius, Myanmar 45,8 derajat Celcius yang sangat panas sekali.

Untuk mengantisipasi ancaman akibat kekeringan, Jokowi memerintahkan pompanisasi, pembangunan waduk dan bendungan, serta saluran irigasi dipercepat dan menjangkau daerah-daerah pusat produksi pangan, seperti sentra padi/beras di seluruh Indonesia.

“Saya sudah perintahkan secepatnya memasang, membangun pompa-pompa, mungkin 20.000an pompa akan kita pasang di daerah-daerah yang memiliki produksi beras. Ini yang nanti menjaga inflasi kita tidak naik,” ujar Jokowi.

Apalagi, diperkirakan pada tahun 2050 mendatang para petani akan mengalami kekurangan air akibat kekeringan panjang. Akibatnya, dunia akan mengalami kelaparan berat karena sebagian sentranya mengalami gagal panen.

“Inilah yang harus direncanakan dan diantisipasi mulai dari sekarang karena diperkirakan 50 juta petani akan kekurangan air. Nggak ada air,” katanya.