Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Sugeng Suparwoto mengungkapkan harga asli Bahan Bakar Minyak (BBM) Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) yaitu Pertalite. Ternyata, harganya bukan lagi Rp 10.000 per liter, melainkan sudah mencapai Rp 13.500 per liter.
“Saat Pertalite dijual dengan harga Rp 10.000 per liter, harga produksinya sekitar Rp 12.400. Namun, harga sekarang merangkak naik menjadi sekitar Rp 13.500. Jadi harga sebenarnya,” ujar Sugeng dalam program Energy Corner CNBC Indonesia.
Selisih antara harga jual dan harga asli Pertalite bisa menjadi beban bagi korporasi jika penyalurannya melebihi kuota yang ditetapkan pemerintah, yaitu 31 juta kilo liter tahun ini.
“Setiap liternya sekitar Rp 3.500 dikalikan dengan 31 juta kiloliter. Target untuk Pertalite di tahun 2024 adalah demikian. Namun, prediksi menunjukkan bisa melebihi menjadi 32 juta kiloliter. Ini juga menjadi beban bagi korporasi seperti yang saya sebutkan tadi,” tambahnya.
Selain itu, Sugeng mengatakan bahwa perhitungan harga jual BBM di dalam negeri harus memperhatikan 3 aspek utama, yaitu kemampuan daya beli masyarakat yang berdampak pada inflasi, kemampuan APBN, dan juga peran korporasi dalam hal ini Pertamina.
Harga Solar Subsidi juga mengalami kenaikan, bukan lagi Rp 6.800 per liter melainkan sudah mencapai Rp 12.000-an per liter. Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan bahwa pemerintah mengusulkan kenaikan subsidi solar sekitar Rp 1.000-3.000 per liter pada tahun 2025.
Kenaikan subsidi tersebut mempertimbangkan harga keekonomian solar yang saat ini mencapai Rp 12.100 per liter. Arifin mengatakan bahwa minyak solar masih sangat dibutuhkan dalam berbagai sektor seperti transportasi darat, laut, kereta api, usaha perikanan, pertanian, usaha mikro, dan pelayanan umum. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk menjaga harga jual eceran minyak solar.