China heboh mengomentari mundurnya Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dari bursa pencalonan pemilihan presiden November mendatang. Sebagian besar pengguna media sosial di China mulai menaruh taruhannya pada rival dan pendahulu Biden, Donald Trump.
Tagar “Biden exit” telah dilihat 370 juta kali pada siang hari, Senin waktu setempat. Sedangkan topik “Harris memuji Biden”, yang merujuk pada Wakil Presiden AS Kamala Harris, mendapat sekitar 57 juta tampilan.
Banyak pengguna media sosial di China bertaruh bahwa pencalonan Harris sebagai calon presiden dari Partai Demokrat tidak akan berhasil. Mereka memprediksi bahwa hal ini akan memungkinkan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih.
Ada pengguna yang bertanya, “Apakah ini berarti Trump akan menang?” saat warga China mencoba menganalisis konsekuensi mundurnya Biden terhadap perekonomian China, dikutip Selasa (23/7/2024).
Di sisi lain, ada pula yang menyindir bahwa Partai Demokrat menjadi pihak pertama yang mempersiapkan pemilu AS tahun 2028, dengan masa depan yang menjanjikan.
Meski belum ada keputusan resmi dari Partai Demokrat mengenai calon presiden, Kamala Harris merupakan salah satu favorit. Namun, bagi China, Kamala bukanlah sosok yang dekat. Meskipun pernah bertemu dengan Presiden Xi Jinping di acara KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik di Thailand pada tahun 2022, Kamala belum pernah mengunjungi China sebagai wakil presiden sehingga kurang dikenal oleh masyarakat China.
Sebaliknya, Gubernur California, Gavin Newsom, yang juga merupakan calon dari Partai Demokrat, pernah mengunjungi China dan mendapat pujian dari masyarakat negara itu.
Di media sosial China, terdapat jajak pendapat online yang menunjukkan bahwa hampir 80% responden percaya bahwa Trump akan mengalahkan Harris dalam pemilu bulan November.
Selain itu, Kamala juga menjadi sorotan media pemerintah China, termasuk Guangzhou Daily, yang melihat latar belakangnya yang akan menjadi keturunan Asia pertama jika terpilih sebagai presiden AS.
Analis dari Universitas Tsinghua, Tang Xiaoyang, mengatakan bahwa kebijakan Kamala terhadap China selama pemilu kemungkinan akan berbeda dari ideologi umum Partai Demokrat. Namun, dalam jangka pendek, kemungkinan Kamala tidak akan mengembangkan strategi yang sangat tepat sasaran terhadap China.