Negara Kecil Berbunyi Genderang ‘Perang’ ke China, Apa yang Terjadi?

by -80 Views

Presiden Palau menuduh China “mempersenjatai pariwisata” sebagai upaya untuk membuat negara Pasifiknya memutuskan hubungan dengan Taiwan. Palau, yang termasuk negara di Oseania, adalah salah satu dari 12 negara di seluruh dunia yang secara diplomatis mengakui Taiwan memiliki pemerintahan sendiri.

Kepulauan Solomon, Kiribati, dan Nauru telah beralih kesetiaan dari Taiwan ke China dalam beberapa tahun terakhir. Presiden Palau Surangel Whipps mengatakan China telah menekan negara kepulauan Pasifiknya yang kecil dengan penduduk 18.000 orang untuk melakukan hal yang sama.

“Kami memiliki hubungan dengan Taiwan… China telah secara terbuka memberi tahu kami (bahwa) itu ilegal dan kami tidak boleh mengakui Taiwan,” kata Whipps kepada wartawan seperti dikutip AFP, Kamis (15/8/2024).

Whipps mengklaim China telah memberi tahu Palau bahwa “‘langit adalah batasnya, kami dapat memberi Anda semua yang Anda butuhkan'”. Hal ini ia sampaikan saat berbicara selama kunjungan resmi Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters.

“Kita butuh pembangunan ekonomi, tetapi di saat yang sama kita punya nilai-nilai, kita punya kemitraan, dan hubungan yang kita miliki dengan Taiwan, kita hargai,” imbuhnya.

“Kita bersedia menjadi teman China, tetapi tidak dengan mengorbankan hubungan kita dengan Taiwan,” ujarnya lagi menuduh China “mempersenjatai pariwisata” dan berusaha memengaruhi jumlah pengunjung.

“Baru-baru ini, ada berita China yang menyebutkan bahwa Palau adalah tempat yang tidak aman dan sebaiknya tidak dikunjungi,” kata Whipps lagi.

“Itulah kenyataan yang kita hadapi.”

Ia juga mengatakan Palau dilarang menghadiri pertemuan Asosiasi Agen Perjalanan Asia Pasifik di wilayah China, Makau. Ini tepat sebelum ia menghadiri pelantikan Presiden Taiwan, Lai Ching-te, pada Mei.

Ini bukan pertama kalinya Whipps menuduh Beijing mencampuri urusan Palau. Sebelumnya ia menuding China setelah Palau mengalami serangan siber besar pada Juni. Whipps mengatakan analisis data menunjukkan ransomware tersebut kemungkinan dikembangkan di Rusia, dikirim dari Malaysia dan “tampaknya ada kaitannya dengan China”.

Menurut data dari Dana Moneter Internasional (IMF), sekitar setengah dari produk domestik bruto Palau berasal dari pariwisata.