Situasi di Gaza, Palestina, semakin memburuk. Pengeboman terus terjadi tanpa henti selama lebih dari 24 jam, dari Selasa hingga Rabu. Mengutip laporan Reuters, serangan baru Israel dilakukan termasuk ke kamp pengungsi. Serangan ini menyebabkan kerusakan di kamp pengungsi padat penduduk di Gaza Utara, Jabalia.
Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Richard Hecht, membenarkan serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia kepada CNN International. Ia mengatakan serangan itu menargetkan seorang komandan Hamas yang sangat senior di daerah itu. Hecht juga mengatakan bahwa mereka sedang menyelidikinya dan akan mengeluarkan lebih banyak data seiring dengan mereka mempelajari apa yang terjadi di sana.
Serangan Israel semakin meningkat setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak seruan internasional untuk memberikan jeda kemanusiaan dalam pengiriman bantuan darurat kepada warga sipil yang menderita akibat kekurangan makanan, obat-obatan, air minum, dan bahan bakar. Netanyahu bahkan berjanji untuk melanjutkan rencananya untuk memusnahkan Hamas meski korban di pihak warga Gaza semakin banyak.
Lebih dari 50 warga Palestina dilaporkan tewas dan 150 lainnya luka-luka dalam serangan terbaru tersebut. Keadaannya semakin buruk dari jam ke jam. Setiap keluarga memiliki seseorang yang terbunuh atau terluka. Serangkaian rekaman dan gambar yang diperoleh Reuters menunjukkan kehancuran yang besar di Gaza, dengan bangunan yang hancur dan orang-orang yang mencari orang-orang terkasih mereka di tengah puing-puing.
Dalam peristiwa yang sama, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan perlindungan bagi warga sipil yang terjebak dalam konflik ini. Ia menekankan perlunya perilaku proporsional dan tindakan pencegahan oleh semua pihak. Guterres juga menegaskan bahwa hukum humaniter internasional menetapkan aturan yang jelas yang tidak dapat diabaikan dan tidak dapat diterapkan secara selektif.
Sejak tanggal 7 Oktober, setidaknya 8.000 lebih warga Gaza tewas karena serangan Israel. Dari jumlah tersebut, dilaporkan bahwa lebih dari 2.000 korban adalah anak-anak.